News
Minggu, 14 Juli 2013 - 05:18 WIB

KUDETA MESIR : Partai Pengusung Morsi Instruksikan Demo di Seluruh Mesir Mulai Senin

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pendukung Morsi berunjuk rasa di Kairo, Jumat (12/7/2013). (Reuters_Mohamed Abd El Ghany)

Pendukung Mohamed Morsi berunjuk rasa di Kairo, Jumat (12/7/2013). Bundaran Rabiah Al-Adawiyah tak lagi sanggup menampung jumlah mereka. (JIBI/Solopos/Reuters/Mohamed Abd El Ghany)

Solopos.com, KAIRO – Partai Kebebasan dan Keadilan yang mengusung Mohamed Morsi dalam pemilu Mesir setahun lalu, Sabtu (13/7/2013), menyerukan kepada seluruh kader dan simpatisannya agar menggelar unjuk rasa di seluruh Negeri Piramida itu, Senin (15/7/2013). Demonstrasi itu digelar guna menuntut dikembalikannya kursi kepresidenan pemimpin sipil pertama Mesir hasil pemilu demokratis yang direbut militer setempat, Rabu (3/7/2013).

Advertisement

Seruan tersebut dikumandangkan Partai Kebebasan dan Keadilan beberapa jam setelah puluhan ribu pendukung Moursi menggelar unjuk rasa damai di Kairo. “Senin depan, kerumunan besar. Insya Allah, di semua lapangan Mesir. Menentang kudeta militer,” seru Essam El-Erian, elite partai yang merupakan sayap organisasi Islam terbesar Mesir Ikhwanul Muslimin itu.

Sebagaimana dikutip Kantor Berita Antara dari AFP, Essam El-Erian melalui laman Facebook-nya menyatakan, “Mesir memutuskan melalui kotak suara, melalui protes, dan pengerahan massa serta aksi duduk secara damai. Tidak ada satu orang pun, satu kelompok elite, dan organisasi militer yang bisa memaksakan kehendaknya kepada rakyat.”

Sebelumnya, demonstrasi akbar yang digelar pendukung Morsi di seputaran Bundaran Masjid Rabiah Al-Adawiyah, Kairo, sejak Jumat (12/7/2013), disebut-sebut membuktikan soliditas Ikhwanul Muslimin. Beberapa jam sebelumnya, sejumlah tokoh muda organisasi Islam tertua di Mesir itu mengklaim telah terbentuknya organisasi sempalan yang menolak ajakan kekerasan yang disampaikan pemimpin spiritual Ikhwanul Muslimin Mohamed Badie. Terkait ancaman oposisi yang didukung militer terhadap kelompoknya, Bedie memang sempat berpidato dengan berapi-api di hadapan massa yang marah di Bundaran Rabiah Al-Adawiyah. Dalam kesempatan itu, ia berikrar akan berkorban demi kembalinya Morsi dan mencela tindakan militer itu sebagai kudeta.

Advertisement

Nyatanya cerita yang dikabarkan koordinator gerakan Ikhwanul Muslimin Tanpa Kekerasan, Ahmed Yahya, benar-benar isapan jempol. Sejak Kamis (11/7/2013), jemaah Ikhwanul Muslimin dari pelbagai penjurui Mesir mendatangi Bundaran Rabiah Al-Adawiyah. Mereka berniat menduduki ibu kota Mesir dengan diawali dari kawasan itu. Sebagian dari mereka datang sekeluarga, lengkap dengan anak-anak dan siap tinggal di lapangan itu hingga kursi kepresidenan Morsi dikembalikan oleh pemerintahan bentukan militer.

Bukan hanya jemaah Ikwanul Muslimin, di kawasan itu datang pula kader dan simpatisan 30 partai dan aliansi politik Mesir menunjukkan dukungan kepada Morsi. Kerumunan orang itu, Sabtu dini hari waktu setempat, dilaporkan sempat mendekati Istana Presiden Al Ettihadiyah dan Kantor Kementerian Pertahanan namun mereka tertahan blokade tentara yang membatasi kawasan itu dengan kawat berduri dan tank.

Massa hanya bisa bertahan di Bundaran Abbasea—kawasan terdekat dengan Kantor Kementerian Pertahanan dan Istana Ettihadiyah—yang tak dijaga barikade militer. Selain Bundaran Rabiah Al-Adawiyah dan Bundaran Abbasea, massa pendukung Morsi sejak Jumat juga memadati Bundaran Al Nahdhah di Giza, Kairo barat; Bundaran Ramses, pusat Kota Kairo yang berada tak jauh dari Bundaran Tahrir.

Advertisement

Bundaran Tahrir adalah pusat berkumpul massa oposisi. Massa oposisi itu kini tak banyak jumlahnya, hanya sekitar sepertiga Bundaran Tahrir terisi orang. Padahal, Kamis lalu, pihak oposisi berkoar-koar bahwa Jumat petang itu mereka mengadakan buka puasa terbesar di dunia.

Seruan oposisi Mesir melalui demonstrasi di Bundaran Tahrir itulah yang beberapa waktu lalu dijadikan alasan militer menganggap Morsi gagal memimpin Mesir dalam setahun terakhir ini. Setelah mengultimatum agar Morsi mundur dan tak ditanggapi, militer Mesir pun menggunakan kekuatan senjata untuk menggulingkan presiden mereka.

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif