Solopos.com, SOLO — Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) operasional Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Solo dinilai tak realistis. Pasalnya, akses menuju RSUD yang masih sulit tidak sesuai dengan target PAD yang ditetapkan.
Anggota Komisi IV, Reny Widyawati, menuturkan RSUD Solo ditarget PAD senilai Rp4 miliar. Namun, target itu sulit dicapai lantaran hingga triwulan II RSUD baru menyetor PAD senilai Rp800 juta.
“Mereka menempati lokasi baru tetapi sudah ditarget Rp4 miliar. Dari laporan, mereka baru menyetor Rp800 juta. Ini sulit kalau ditarget. Tidak tahu kemarin pertimbangannya seperti apa,” jelas dia saat ditemui di DPRD Solo, Jumat (12/7/2013).
Reny menuturkan sulitnya pencapaian PAD tersebut didukung akses menuju RSUD serta kondisi jalan yang masih tak memenuhi syarat.
“Lihat saja kondisi jalan di sana. Belum lagi kondisi arus lalu lintas di daerah Komplang yang sering macet. Ini membuat masyarakat malas ke RSUD. Hasilnya, ya target PAD itu sulit dicapai,” terang dia.
Lantaran hal tersebut, Reny meminta pemkot bisa memprioritaskan hal tersebut agar fungsi RSUD melayani kesehatan masyarakat Solo bisa benar-benar tercapai.
Di sisi lain, Reny menjelaskan RSUD yang berada di Ngipang, Kadipiro, Banjarsari itu telah ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Penetapan RSUD menjadi BLUD itu sejak awal Juli ini. Dengan dibentuknya RSUD menjadi BLUD, maka rekrutmen pegawai nonPNS lebih mudah dilakukan oleh pihak pengelola.
Wakil Ketua DPRD Solo, M Rodhi, menuturkan persoalan target PAD RSUD yang dinilai tak realistis perlu melihat secara detail perhitungan pemkot terkait target tersebut. “Ya dilihat dulu capaian sebelumnya seperti apa. Persoalan ini logis atau tidak, ya perlu dijelaskan detail pemkot bisa menetapkan target itu,” urainya.