Umum
Minggu, 7 Juli 2013 - 00:40 WIB

Perajin Sangkar Burung Sragen Kesulitan Bambu

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Perajin sangkar burung Masaran, Sragen. (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)

Advertisement

Solopos.com, SRAGEN–Perajin sangkar burung di Desa Karangmalang, Kecamatan Masaran mengaku kekurangan pasokan bambu.

Minimnya pasokan bahan baku utama ini menyebabkan para perajin kelabakan karena jumlah pesanan terus bertambah.

Advertisement

Minimnya pasokan bahan baku utama ini menyebabkan para perajin kelabakan karena jumlah pesanan terus bertambah.

Salah satu pengepul sangkar burung di Desa Karangmalang, Narto, Sabtu (6/7/2013), menjelaskan minimnya bahan baku berupa bambu itu terjadi sekitar dua bulan terakhir. Bahan baku berkualitas kian sulit ia dapatkan dari para penjual yang mayoritas berasal dari daerah Tawangmangu dan Gunung Kidul tersebut.

Akibatnya, produksi sangkar burung mengalami penurunan jumlah hingga lima persen dari biasanya.

Advertisement

Konsumen kadang malah mengantre untuk membeli sangkar. Dalam waktu sebulan, karyawannya bisa menghasilkan sekitar 60 set sangkar burung yang dihargai Rp300.000 per set.

“Satu set isinya lima sangkar burung berbagai ukuran. Tapi sejak bahan baku berkurang, hasil produksi otomatis ikut berkurang,” tandasnya saat ditemui di kediamannya, Sabtu (6/7).

Sementara, mengenai harga bahan baku, menurut Narto belum mengalami kenaikan. Namun, jika terus mengalami kelangkaan, ia yakin cepat atau lambat harga bahan baku bisa ikut naik.

Advertisement

Harga Belum Naik
“Harga sangkar burung juga belum naik. Sepertinya setelah Lebaran nanti baru akan dinaikkan,” tegasnya.

Perajin sekaligus pengepul sangkar burung yang cukup besar di Desa Karangmalang, Mulyono, Sabtu, mengatakan pengiriman bamboo memang mengalami penurunan.

Bahkan, ia mengaku sampai mencari bahan baku sangkar burung hingga ke petani bambu di beberapa wilayah sekitar Soloraya. “Kalau mau mencari langsung ke petani malah banyak,” ucapnya.

Advertisement

Sementara, mengenai jumlah permintaan sangkar burung, Mulyono mengakui memang terus mengalami peningkatan. Ia bahkan mengaku tak mampu memenuhi semua permintaan konsumennya karena keterbatasan tenaga.

Pasalnya, menurut Mulyono tak semua orang bisa membuat kerajinan sangkar burung dengan baik. “Butuh ketekunan. Padahal hasilnya juga enggak kalah dengan upah pabrik,” tegas Mulyono. Ika Yuniati/JIBI/SOLOPOS

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif