Soloraya
Kamis, 4 Juli 2013 - 09:16 WIB

LIBURAN SEKOLAH : Tambah Uang Jajan dengan Menjemur Batik

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anak-anak di Dukuh Kebaksari, Desa Pungsari, Kecamatan Plupuh, Sragen menjemur kain batik di lapangan, Rabu (3/7/2013). Mereka bekerja sambilan selama masa liburan sekolah. (Fajar Tulus Widiantoro/JIBI/Solopos)


Anak-anak di Dukuh Kebaksari, Desa Pungsari, Kecamatan Plupuh, Sragen menjemur kain batik di lapangan, Rabu (3/7/2013). Mereka bekerja sambilan selama masa liburan sekolah. (Fajar Tulus Widiantoro/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Sejumlah bocah di Dukuh Kebaksari, Desa Pungsari, Kecamatan Plupuh, Sragen mengisi liburan sekolah dengan membantu pengrajin batik. Mereka diupah Rp30.000 per hari guna menambah uang jajan.

Advertisement

Muhamad Fatoni, 15, siswa kelas delapan dari SMA Negeri 1 Gemolong ini melakoni pekerjaan penjemur batik sudah semenjak kelas 1 SMP.  Ketika masa liburan tiba, dirinya bersama teman-temannya siap untuk membantu beberapa juragan batik yang ada di desa yang dihuni para Pengrajin batik.

“Setiap liburan sekolah gini saya njemur kain batik, uang bayarannya buat beli handphone atau beli helm sepeda motor, kalau ada sisa nanti dikasihkan orang tua, apalagi sekarang liburannya tiga pekan, jadi hasilnya ya lumayan” jelasnya kepada Solopos.com, Rabu (3/7/2013) saat membentangkan kain batik.

Fatoni mengungkapkan a dan teman-temanya mulai bekerja pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Kain-kain basah hasil olahan pembatik mereka bawa ke tempat lapang yang mendapat banyak terpaan sinar matahari seperti jalan kampung dan lapangan.

Advertisement

Teman sebayanya, Muhamad Yasir pun demikian, sudah sekitar empat tahun bekerja disaat liburan sekolah tiba. Siswa kelas sembilan SMA Sakti Gemolong bekerja untuk memperoleh uang saku tambahan karena orang tua tidak memberi uang saku saat liburan.

Sementara salah satu juragan batik, Sukardi mengatakan banyak anak-anak yang bekerja sambilan mulai dari sekolah dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia menambahkan bahwa didesanya tidak ada warga yang menganggur.

“Banyak pengusaha batik di sini [Dukuh Kebaksari] menggunakan tenaga anak-anak saat liburan sekolah, jumlahnya sekitar 30 anak, dari pada waktu hanya digunakan untuk kegiatan yang tidak menguntungkan, lebih baik mereka belajar bekerja mendapatkan uang sendiri,” jelasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif