Soloraya
Senin, 1 Juli 2013 - 08:03 WIB

GAMELAN : Diusulkan Jadi Warisan Budaya Dunia

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi


Sejumlah empu gamelan menempa tembaga yang baru saja dipanaskan untuk dibuat sesuai bentuk alat musik gamelan di lapangan Desa Cangkol, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, akhir pekan kemarin. (Farid Syafrodhi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengusulkan ke United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) agar gamelan dijadikan salah satu warisan budaya dunia. Pengusulan itu dilakukan agar gamelan tetap lestari di Indonesia.

Advertisement

Kasubbid Pembinaan Seni Rupa Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman Kemendikbud, Pustanto, mengatakan gamelan memiliki hak yang sama untuk dijadikan warisan budaya, seperti keris dan batik yang sudah terlebih dahulu didaftarkan ke UNESCO.

Mengenai asal usul gamelan yang berasal dari Sukoharjo, Pustanto menyarankan agar Pemkab Sukoharjo mengusulkannya ke Direktorat Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Bila gamelan telah didaftarankan ke UNESCO, maka gaung gamelan dipastikan akan semakin mendunia sebab beberapa negara, seperti Belanda, sudah memasukkan gamelan sebagai kurikulum pendidikannya.

“Budaya komunal itu tidak perlu dipatenkan, tapi hanya didaftarkan hak ciptanya,” ujar Pustanto saat ditemui wartawan di sela-sela gelar budaya di lapangan Desa Cangkol, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, akhir pekan kemarin.

Advertisement

Ia mengatakan, sebelum gamelan didaftarkan seabgai warisan budaya dunia, terlebih dahulu pihaknya akan mendaftarkan gamelan sebagai warisan budaya nasional. Bukan hanya gamelan, sejumlah hasil kebudayaan lokal lain se-Indonesia juga akan dimasukkan sebagai warisan budaya nasional.

Kemendikbud sudah menginventarisasi ribuan sanggar kesenian lokal dari berbagai daerah di Indonesia. Inventarisasi dilakukan karena melalui orang-orang di sanggar itulah budaya lokal bisa lestari. Namun ribuan sanggar itu masih perlu diverifikasi lagi. Misalnya, ada sebuah sanggar kesenian yang hingga tahun ini masih berdiri, tapi tahun depan sudah tidak berdiri dan berproduksi lagi. “Tapi kita harus berterima kasih kepada sanggar-sanggar itu terlepas dari apa pun,” terangnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif