Soloraya
Senin, 24 Juni 2013 - 13:52 WIB

KENTINGAN BARU BERGEJOLAK : Warga Siapkan Pedang dan Bambu Runcing

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bukan sekali ini warga perrmukiman ilegal di lahan sengketa Kentingan Baru mempersenjatai diri dengan bambu runcing. Foto dokumentasi ini diambil pada akhir 2010. Kala itu, mereka menolak petugas Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang akan melakukan pengukuran dan pematokan tanah.(Burhan Aris Nugraha/JIBI/SOLOPOS)

Bukan sekali ini warga perrmukiman ilegal di lahan sengketa Kentingan Baru mempersenjatai diri dengan bambu runcing. Foto dokumentasi ini diambil pada akhir 2010. Kala itu, mereka menolak petugas Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang akan melakukan pengukuran dan pematokan tanah.(Burhan Aris Nugraha/JIBI/SOLOPOS)

SOLO — Warga permukiman di lahan sengketa Kentingan Baru, Jebres, Solo masih trauma dengan serangan preman, Sabtu (22/6/2013) lalu. Karena itulah, Sejak Minggu (23/6/2013), mereka bersiaga dan mempersenjatai diri dengan bambu runcing dan pedang.

Advertisement

Spanduk bertuliskan kecaman kebiadaban aksi premanisme terpasang di beberapa titik. Hingga Minggu malam, warga masih bertahan di lokasi tersebut. Reruntuhan rumah yang rata-rata terbuat dari gedek masih berserakan. Terlebih lagi, Minggu kemarin, beredar pesan singkat telepon seluler tentang aksi lanjutan dengan massa yang lebih banyak.

“Kami akan melawan, siap mati demi mempertahankan rumah ini,” tegas warga Lucas Koko Ariyanto ketika dijumpai Solopos.com, Minggu. Lucas mengatakan tidak akan gentar dengan aksi preman yang dibayar untuk merusak rumah warga.

Pihaknya menyiapkan pedang dan bambu runcing guna melawan aksi premanisme tersebut. “Nek meh paten-patenan ayo. Dari pada turu nang dalan,” ancamnya.

Advertisement

Lucas mengatakan aksi perusakan rumah jelas dilakukan oleh kelompok yang sudah teroganisasi. Perusakan itu juga telah direncanakan. Hal ini mengingat pelaku perusakan yang diduga berjumlah ratusan orang ini menggunakan pakaian serba hitam dengan pita hijau terpasang di dada kanan. “Pita ini jelas simbol kalau mereka kelompok tertentu. Dan kami siap melawan,” katanya.

Senada warga lain sekaligus saksi mata, Anna mengatakan preman berpakaian hitam dengan pita hijau di dada mengancam akan melakukan penyerangan kembali. “Katanya tiga hari lagi mau ke sini. Jadi rumah warga yang di silang tanda merah akan dirusak,” katanya.

Anna mengaku masih dilingkupi rasa trauma dan ketakutan. Apalagi saat kejadian hanya bersama putranya yang baru berusia 2,5 bulan. “Waktu itu saya bilang kalau mau rusak rumah ini bunuh saya saja di sini. Jadinya mereka tidak jadi merusak rumah hanya diancam nanti tiga hari mau datang lagi,” tuturnya.

Advertisement

Warga lainnya, Jupe juga mengaku takut melakukan aktivitas apa pun. “Takut kalau tiba-tiba datang lagi,” ujarnya.

Jupe menuding ada aktor intelektual dalam peristiwa perusakan rumah tersebut. Dia menuding di antara pelaku yang datang ada mantan warga Kentingan Baru yang sudah direlokasi ke tempat lain. “Orang ini meski pakai slayer tetap kami kenal. Orangnya ini yang menunjukkan satu per satu rumah kami,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif