News
Kamis, 20 Juni 2013 - 21:09 WIB

SENJATA NUKLIR : Rusia Tolak Usul Obama Kurangi Nuklir

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi nuklir. (Dok. Solopos.com)

ilustrasi

MOSKOW–Moskow, Rabu (19/6/2013), mengatakan tidak bisa menyambut usulan Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengenai pengurangan persenjataan nuklir strategis Rusia dan AS hingga sepertiga.

Advertisement

“Ini berarti (Obama) tidak memahami esensi (dari masalah), atau ia secara terbuka berbohong, atau dia secara mendalam tidak profesional,” kata Wakil Perdana Menteri Dmitry Rogozin kepada wartawan.

Dalam pidato luas di Berlin, Obama menyerukan untuk pengurangan sepertiga dari senjata nuklir yang digelar AS dan Rusia, dan mengatakan itu adalah mungkin untuk menjamin keamanan Amerika dan satu penghindaran kuat sementara juga membatasi senjata nuklir.

Berdasarkan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis baru, yang Obama tandatangani dengan Rusia pada tahun 2010, Washington dan Moskow berkomitmen untuk mengurangi batas tertinggi hulu ledak yang ada pada mereka dengan 30 persen selama 10 tahun ke depan dari 2.200 saat ini menjadi 1.550.

Advertisement

Satu pengurangan satu-sepertiga lebih lanjut dalam persenjataan itu akan menjadikan mereka ke tanda 1.000 senjata.

Rogozin mengatakan, kedua negara tidak akan bicara tentang perlucutan senjata nuklir sampai Moskow dan Washington menemukan bahasa yang sama atas gelaran anti-peluru kedali pertahanan AS.

“Dalam perkembangan sejarah perisai tidak pernah terjadi tanpa membuat pedang,” katanya, dan menambahkan bahwa Rusia tidak mempercayai niat AS untuk membatasi penyebaran sistem anti-rudal hanya dengan empat tahap.

Advertisement

Dia menyerukan kepada Moskow untuk tidak mengulangi seruan “sembrono” mengenai perlucutan senjata yang dilakukan oleh kepemimpinan Soviet pada pergantian tahun 1980-an dan 1990-an ketika perjanjian “buruk” ditandatangani antara Moskow dan Washington.

Kantor berita China, Xinhua, melaporka, Rabu pagi, Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia harus memperhitungkan kemungkinan efek serangan nuklir terlebih dahulu terhadap kepentingan-kepentingannya dan menyertakan hal itu dalam strategi pertahanannya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif