Soloraya
Selasa, 18 Juni 2013 - 18:32 WIB

WABAH DBD : 17 Warga Joyosuran Terjangkit DBD, 1 Meninggal

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO — Sebanyak 17 warga Joyosuran, Pasar Kliwon positif terjangkit penyakit demam berdarah dengue(DBD), satu penderita dinyatakan meninggal dunia. Atas kondisi tersebut, warga Joyosuran mendesak kepada Pemkot Solo untuk melakukan penyemprotan asap (fogging).

Informasi yang dihimpun Solopos.com, penyakit DBD di Kelurahan Joyosuran terjadi sekitar satu bulan lalu. Penyakit yang diduga berasal dari gigitan nyamuk aedes aegypti ini menyerang warga secara bergantian. Penyakit DBD menimpa warga berusia dewasa dan anak-anak. Dan seorang anak balita yakni Rida Muslimah, 4,5, dinyatakan meninggal dunia pada Senin (17/6/2013).

Advertisement

“Ada tiga orang di dalam keluarga yang terkena DBD, termasuk saya sendiri,” kata Kusyani, 26, warga Joyosuran RT 003/RW 003, saat ditemui di Joyosuran, Selasa (18/6/2013).

Kusyani mengatakan awalnya, anaknya mengalami sakit panas dan gejala demam. Dia lalu membawa anaknya ke Rumah Sakit dr Oen, Jebres. Setelah mendapat perawatan intensif, kata Kusyani, tim medis mendiagnosa bahwa anaknya terjangkit penyakit DBD.

“Setelah anak saya sembuh. Giliran saya yang terkena DB. Saya pun menginap di rumah sakit tersebut. Tak lama kemudian, anak satunya tertular DB,” jelas dia.

Advertisement

Setelah kondisi keluarganya dinyatakan sembuh, Kusyani lantas melaporkan kasus DB kepada pihak puskesmas dan pihak kelurahan. Dalam laporan tersebut, Kusyani meminta kepada Dinas Kesehatan Kota (DKK) untuk melakukan penyemprotan. Namun sayangnya, pihak puskemas belum menindaklanjuti.

“Alasan dari puskemas, katanya ada warga yang menolak adanya fogging. Dan puskesmas menyimpulkan berarti ada penolakan dari warga Joyosuran. Padahal itu kan cuma suara dari satu orang,” jelas dia.

Alasan dari warga yang menolak pengasapan, kata Kusyani, lantaran banyak warga yang memelihara burung. “Penyakit DB kaitannya dengan nyawa seseorang. Warga khawatir ada korban tambahan. Masak gara-gara ada warga yang memelihara burung, terus pengasapan ditunda. Kan lucu, padahal tidak ada kaitannya antara pengasapan dengan burung,” jelas dia.

Advertisement

Sementara itu, Lurah Joyosuran, Suwarno, mengakui ada 17 warganya terjangkit DBD. Pihak kelurahan, kata dia, sudah mengecek ke lokasi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif