Soloraya
Minggu, 16 Juni 2013 - 14:09 WIB

Kesbangpol & Linmas Wonogiri Waspadai Longsor

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gatot Gunawan (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Gatot Gunawan (Dok/JIBI/SOLOPOS)

WONOGIRI–Badan Kesatuan Kebangsaan Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol & Linmas) Wonogiri, mewaspadai kemungkinan terjadinya longsor di kawasan potensial longsor di kabupaten tersebut.

Advertisement

Hal itu menyusul informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang memperkirakan hujan masih akan berlangsung sampai sekitar bulan Juli 2013.

“Informasi terbaru yang kami terima musim hujan mungkin sampai Juli, kemarau baru terjadi sekitar Agustus. Yang paling diwaspadai adalah longsor. Terutama di Desa Bero, Kecamatan Manyaran yang belum lama ini juga ada kejadian longsor,” beber Kepala Kesbangpol & Linmas Wonogiri, Gatot Gunawan kepada Solopos.com, Minggu (16/6/2013).

Sebelumnya, saat ditemui di kantornya pekan lalu, Gatot menjelaskan perubahan musim yang terjadi tahun ini sebenarnya memberi keuntungan pada masyarakat di daerah sulit air seperti wilayah Wonogiri selatan. Sampai kini mereka belum mengalami kekurangan air seperti yang tahun-tahun sebelumnya jamak terjadi. Namun, di sisi lain, hujan yang terus terjadi meningkatkan risiko bencana tanah longsor. Apalagi di Wonogiri ada seratusan titik rawan longsor yang tersebar di 23 kecamatan.

Advertisement

Sementara itu, anomali cuaca yang terjadi tahun ini diakui Camat Pracimantoro, Bhawarto, memberi keuntungan bagi masyarakat daerah selatan yang pada tahun-tahun sebelumnya sering kesulitan air. Dia mengatakan sampai saat ini belum ada masyarakat yang membeli air untuk konsumsi. Padahal, tahun lalu di bulan Juni, warga Pracimantoro sudah harus merogoh kocek membeli air dengan harga sekitar Rp80.000 per tangki.

Pracimantoro adalah satu dari delapan kecamatan di Wonogiri yang selalu kesulitan air di musim kemarau. Tujuh kecamatan lain yang rawan kekeringan adalah Paranggupito, Giritontro, Batuwarno, Eromoko, Manyaran, Nguntoronadi dan Giriwoyo. “Untuk konsumsi secara umum belum ada yang beli air. Karena curah hujan masih tinggi, warga masih gampang cari air sumur atau sumber dekat rumahnya,” kata Bhawarto.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif