Soloraya
Jumat, 14 Juni 2013 - 04:37 WIB

TERMINAL PALUR LUMPUH : Pedagang Pertanyakan Komitmen Pemkab

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Terminal Palur lengang, sebagian besar kios juga gulung tikar karena sepi sejak 15 tahun terakhir. Foto diambil belum lama ini. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/SOLOPOS)

Terminal Palur lengang, sebagian besar kios gulung tikar karena sepi sejak 15 tahun terakhir. Foto diambil belum lama ini. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/SOLOPOS)

KARANGANYAR — Komitmen Pemkab Karanganyar atas pengembangan Terminal di Desa Palur, Kecamatan Jaten, Karanganyar, dipertanyakan. Selama 15 tahun terakhir, terminal itru terus lumpuh.

Advertisement

Kenyataan itu diungkapkan seorang pengelola kios di Terminal Palur, Heru Purwanto, yang ditemuyi Solopos.com di terminal setempat, Kamis (13/6/2013). Menurutnya, terminal itu sepi lantaran tidak adanya kejelesan peraturan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar. “Sekarang bukan lumpuh lagi, tapi sudah mati total,” keluhnya.

Semestinya, lanjut dia, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Karanganyar mewajibkan seluruh angkutan umum untuk transit di Terminal Palur. Sebab, terminal itu terletak di gerbang kota dan kerap dilintasi angkutan umum, baik bus kota maupun bus antarkota. “Kalau peraturannya enggak tegas ya enggak ada yang mau masuk terminal. Bus kota saja sudah enggak mau masuk, kadang cuma lewat saja. Hla bagaimana mau ramai terminalnya, kalau dari awal ditertibkan mungkin akan beda ceritanya,” ungkap dia.

Apabila Pemkab mewajibkan seluruh angkutan umum transit di Terminal Palur, Heru percaya tempat pemberhentian bus itu akan kembali menggeliat. Selain itu, Pemkab juga perlu memikirkan pembangunan akses jalan di sekiling terminal supaya layak diproyeksikan sebagai terminal induk.

Advertisement

Menurutnya, terminal itu bakal mendatangkan pendapatan cukup tinggi bagi Pemkab Karanganyar jika dikelola dengan maksimal. Jika banyak penumpang yang naik turun, masyarakat juga dapat memanfaatkan terminal sebagai ladang mata pencaharian.

“Kalau terminal ramai kan semuanya enak, pemerintah dapat uang, masyarakat juga bisa jualan lagi. Kalau dibiarkan mangkrak seperti ini ya eman-eman, hla wong dulu membangunnya juga pakai duit banyak,” pungkasnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif