Soloraya
Rabu, 12 Juni 2013 - 02:20 WIB

Wow, Harga Jemani Melejit, Petani asal Karangpandan Untung Hingga Rp150 Juta

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jenmanii (JIBI/SOLOPOS/Tri Indriawati)

Koleksi Jemani milik Gembuk, warga Karangpandan Karanganyar (JIBI/SOLOPOS/Tri Indriawati)

KARANGANYAR — Wajah Suroso tampak berseri-seri. Senyum merekah selalu tersungging dari bibirnya kala menyambut kehadiran rekan-rekannya dari Komunitas Anthurium Soloraya yang sengaja diundang untuk bersantap siang bersama.

Advertisement

Petani jemani asal Karangpandan yang akrab disapa Gembuk itu memang tengah berbahagia. Betapa tidak, dia baru saja memanen tanaman jemani yang telah dirawatnya selama beberapa tahun. Dalam satu bulan terakhir, dia bahkan telah meraup omzet di atas Rp150 juta dari penjualan jemani miliknya.

“Saya enggak menyangka jemani akan bagus lagi harganya, makanya sekarang saya ingin syukuran. Saya kumpulkan lagi teman-teman tanaman [petani dan penjual jemani] supaya antusiasme masyarakat pada jemani kembali hidup,” ujarnya semringah saat ditemui Solopos.com di gudang jemani miliknya, Selasa (11/6/2013) siang.

Saat harga jemani anjlok, Gembuk masih setia menanam dan menjual jemani ke berbagai daerah. Kini kerja kerasnya itu telah membuahkan hasil. Harga jemani yang kembali meroket membuka secercah harapan baru bagi pria yang juga pernah berjualan kue itu.

Advertisement

“Beberapa waktu lalu saya masih keliling jualan bibit jemani naik motor bronjongan, sekarang Alhamdulilah saya sudah bisa beli mobil pikap,” imbuhnya.

Siang itu, Gembuk juga baru saja melepas dua buah tanaman jemani jenis kobra setinggi 20 cm miliknya. Seorang kolektor sekaligus penjual jemani asal Desa Karang, Karangpandan, Sutarso, bersedia menukar jemani miliknya dengan sebuah sepeda motor baru serta uang tunai Rp5 juta.

“Tadi saya ke sini mau membayar jemani pesanan saya, enggak tahunya ternyata teman-teman sudah dikumpulkan di sini. Agak terkejut juga, sudah lama enggak bertemu,” timpal Sutarso.

Advertisement

Kedua tanaman jemani itu akan dia pelihara sendiri hingga menumbuhkan daun baru. Jika ada yang berani menawar dengan harga Rp30 juta, Sutarso bakal kembali menjual tanaman itu.

Sutarso memprediksi booming jemani kali ini bakal bertahan lama karena harganya cenderung lebih stabil dibanding lima tahun lalu. “Saya sedikit pun tidak khawatir. Dulu banyak orang terjatuh karena berpikirnya hanya untuk bisnis, kalau kami kan memang petani dan tetap setia di bidang ini. Apalagi sekarang jemani sudah merambah pasar internasional,” kata dia.

Menurut Sutarso, kenaikan harga jemani membawa berkah berlimpah bagi para petani di Karanganyar yang notabene merupakan penghasil utama tanaman anthurium itu. Berjalannya bisnis jemani membuat perputaran roda ekonomi petani setempat menjadi kian lancar. Oleh sebab itu, para petani berharap meningkatnya popularitas jemani dapat bertahan lama.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif