Solopos-fm
Senin, 10 Juni 2013 - 13:27 WIB

KONFLIK KRATON : Warga Minta Keraton Beri Contoh Yang Dapat Diteladani

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah penari membawakan tari Bedhaya Ketawang dalam acara Tingalan Jumenengan (ulang tahun kenaikan tahta) Paku Buwono (PB) XIII di Sasana Sewaka Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, Selasa (4/6/2013). Acara tersebut tidak dihadiri Raja Paku Buwono XIII Hangabehi karena masih berlarut-larutnya konflik internal keraton setempat. (Maulana Surya/JIBI/SOLOPOS)

Penari Bedhaya Ketawang tampil dalam Tingalan Jumenengan (ulang tahun kenaikan tahta) Paku Buwono (PB) XIII di Sasana Sewaka Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, Selasa (4/6/2013). Acara itu tidak dihadiri Raja Paku Buwono XIII Hangabehi karena masih berlarut-larutnya konflik internal keraton setempat. (Maulana Surya/JIBI/SOLOPOS)

SOLO—Rekonsiliasi antara kedua pihak yang berseteru di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat masih belum tercapai. Hal itu terlihat saat prosesi Tingalan Jumenengan Ke-9 Sri Susuhunan Paku Buwono XIII di Sasana Sewaka Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, 4 Juni lalu yang diselenggarakan tanpa kehadiran Paku Buwono XIII.

Advertisement

Putra-putri Paku Buwono XII diminta duduk bersama menyikapi hal ini. Sementara warga meminta pihak-pihak di keraton memberi contoh yang dapat diteladani masyarakat dalam menyikapi setiap konflik yang mereka hadapi.

Juru bicara Tedjowulan, Bambang Pradotonagoro, kepada SOLOPOS FM dalam sesi Dinamika 103 yang disiarkan setiap pukul 08.05-09.00 WIB, Senin (10/6/2013) mengatakan, bahwa seluruh putra putri Paku Buwono XII harus dilibatkan untuk menyelesaikan permasalahan internal keraton tersebut.

Menurut Bambang, saat ini, pihaknya tengah berusaha merangkul berbagai kubu dalam keraton untuk duduk bersama. Hal itu diungkapkan Bambang terkait langkah Lembaga Dewan Adat yang tetap menyelenggarakan Jumenengan tanpa persetujuan Raja, dan dinilai malah mengaburkan sejarah dan adat istiadat keraton, yang menganut sabda pandhito ratu.

Advertisement

 

Warga Minta Keraton Beri Contoh

Sementara warga meminta keraton untuk memberi contoh yang dapat diteladani. Warga Delanggu, Joko mengatakan, keraton harus memberi teladan karena Solo sudah dikenal sebagai kota budaya. “Sangat disayangkan, kemelut yang tak kunjung selesai. Rakyat tak tahu apa-apa sebab itu masalah pribadi, seharusnya Keraton memberi contoh yang dapat diteladani, karena Solo sudah dicap sebagai kota budaya, serta menjunjung tinggi adat tata krama” katanya.

Advertisement

Lain lagi komentar Nyonya Mul warga Pajang yang meminta raja yang berebut kekuasaan ini mundur saja karena mereka tidak mencerminkan sikap seorang pemimpin. Warga Pajang lainnya, Sriyatmo menilai, para pemangku yang ada di dalam Keraton merasa punya kepentingan pribadi masing-masing yang tidak membuat keadaan dalam Keraton jadi tenang, adem ayem.

Warga juga menekankan agar permasalahan di keraton diselesaikan secara internal sesuai adab yang ada. “Permasalahan Keraton semestinya diselesaikan intern sesuai angger-angger yang secara turun-temurun berlaku di Keraton, jadi tidak perlu melibatkan orang diluar Keraton” usul warga Pajang, Joko.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif