Sport
Senin, 10 Juni 2013 - 15:43 WIB

Inilah 5 Penyebab Inggris U-21 Tersingkir Prematur di Euro U-21

Redaksi Solopos.com  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Manajer Inggris U-21, Stuart Pearce, dianggap sebagai biang kegagalan Inggris U-21 di Piala Eropa U-21 2013. dokJIBI/Bisnis

Advertisement

Manajer Inggris U-21, Stuart Pearce, dianggap sebagai biang kegagalan Inggris U-21 di Piala Eropa U-21 2013. dokJIBI/Bisnis

LONDONTimnas Inggris U-21 sempat difavoritkan sebagai salah satu jawara Euro U-21. Namun, prediksi itu meleset 100% setelah skuat Tiga Singa muda tersingkir lebih awal di babak penyisihan Grup B lantaran mengalami dua kali kekalahan secara beruntun.

Advertisement

LONDONTimnas Inggris U-21 sempat difavoritkan sebagai salah satu jawara Euro U-21. Namun, prediksi itu meleset 100% setelah skuat Tiga Singa muda tersingkir lebih awal di babak penyisihan Grup B lantaran mengalami dua kali kekalahan secara beruntun.

Kekalahan terbaru dialami Inggris U-21 saat dibekuk Norwegia U-21 dengan skor 1-3 di Stadion HaMoshava, Petah Tikva, Sabtu (8/6/2013) tengah malam WIB. Sebelumnya, Inggris juga menelan kekalahan pada laga pertamanya kontra Italia 0-1.

Media massa Inggris bersama dengan masyarakat negeri itu kini cenderung mencari kambing hitam, siapa yang harus bertanggungjawab atas kekalahan “memalukan” itu? Manajer Inggris U-21, Stuart Pearce kah?

Advertisement

Pertama, apakah timnas Inggris U-21 kali ini sudah benar-benar satu padu? Inggris boleh berkaca dan belajar dari jalinan kerjasama apik antara pelatih Italia U-21, Devis Mangia dengan pelatih timnas senior Italia Cesare Prandelli khususnya soal pemilihan dan penunjukan pemain. Di sini jelas peran dari federasi sepak bola Italia.

Apa yang justru dialami dengan Inggris? Pearce yang menerima mandat dari asosiasi sepak bola Inggris (FA) justru kurang leluasa menentukan para pemain terbaik di negerinya.

Hubungan Pearce dengan manajer timnas senior Inggris Roy Hodgson belum maksimal benar, bahkan dukungan FA masih terbatas, padahal jalinan kerjasama antar kedua pelatih tim sungguh diperlukan.

Advertisement

Kedua, apakah memang FA benar-benar punya tekad meraih sukses dengan menggapai kemenangan di ajang Piala Eropa U-21? Pearce sedari awal sudah mengirim sinyal keprihatinan menghadapi ajang Piala Eropa U-21. “Pilihlah para pemain terbaik di negeri ini dan persiapkan mereka menghadapi turnamen ini,” katanya.

Pernyataan Pearce terbukti benar, timnas U-21 Inggris terguling di Israel. Jika memang FA ingin memperoleh kemenangan, Phil Jones, Jack Wilshere dan Alex Oxlade-Chamberlain pantas masuk timnas Inggris U-21 pada turnamen tahun 2015.

“Tidak ada turnamen sepak bola di dunia ini yang ditujukan bagi pelatih, manajer atau pemain,” kata Phil Neville, yang menjadi asisten pelatih Pearce. “Kini anda dapat belajar banyak tentang diri sendiri. Anda tidak mampu mencangkok begitu saja pengalaman di klub atau di laga kualifikasi.”

Advertisement

Ketiga, apakah para pemain benar-benar tampil membela Inggris? Sistem dapat saja disalahkan, manajer dapat dituding sebagai biang keladi kegagalan, tetapi sekarang bagaimana dengan para pemain?

Ada sejumlah pemain bertalenta secara perorangan dalam skuad Inggris U-21. Sebut saja,  Jordan Henderson, Jason Lowe, Craig Dawson, Steven Caulker, Adam Smith dan Jack Butland. Soalnya sekarang, mereka harus bermain secara kolektif.

Dalam sejumlah penampilan di laga Piala Eropa U-21 tahun ini, terkesan bahwa mereka kurang mampu menunjukkan semangat kebersamaan sebagai sebuah tim. Pengalaman do Petah Tikva menjadi pembelajaran.

Keempat, apakah memang timnas U-21 ini sudah benar-benar teruji? Statistik menunjukkan bahwa sejak melaju final Piala Eropa 2009, tim U-21 ini telah melakoni 35 pertandingan, 22 kali menang, lima kali imbang, dan kalah delapan kali.

Sementara, Spanyol U-21 dan Jerman U-21 disesaki oleh sejumlah pemain bertalenta yang cukup pengalaman bertanding di  sejumlah laga internasional.

“Masyarakat (Inggris) berkata bahwa kami harus menjadi favorit juara,” kata Pearce sebelum berangkat ke Israel. “Lantas saya bertanya kepada mereka, sudah berapa kali anda menyaksikan timnas Jerman atau Spanyol bermain? Tidak ada jawaban sama sekali. Kita hanya dapat menerka-nerka saja. Soalnya di sini, banyak hal yang tidak berjalan semestinya.”

Kelima, apakah kegagalan ini dapat dicegah sedini mungkin? Jawaban idealnya, bisa! Meskipun sepak bola Inggris punya dinamika. Banyak klub di sini tidak ingin para pemainnya terlalu banyak menerima beban.

Inggris selalu menuntut menang dan sukses, ini ditujukan semata-mata kepada para pemain senior, sementara para pemain di jenjang usia lainnya relatif terabaikan.

“Kami perlu duduk bersama dan berdiskusi untuk melihat bagaimana kita memberi prioritas kepada turnamen yang kita ikuti selama ini,” kata ketua FA David Bernstein.    

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif