News
Selasa, 21 Mei 2013 - 05:10 WIB

Obama Desak Myanmar Hentikan Kekerasan Kaum Muslim

Redaksi Solopos.com  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama (kanan) saat menerima kunjungan Presiden Myanmar, Thien Sein (kiri) di Ruang Oval Gedung Putih, Senin (20/5/2013) waktu setempat. JIBI/SOLOPOS/Reuters

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama (kanan) saat menerima kunjungan Presiden Myanmar, Thien Sein (kiri) di Ruang Oval Gedung Putih, Senin (20/5/2013) waktu setempat. JIBI/SOLOPOS/Reuters

WASHINGTON — Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mendesak Presiden Myanmar, Thien Sein, segera mengambil langkah-langkah untuk menghentikan kekerasan terhadap umat Muslim di negaranya. Obama juga minta Myanmar lebih berkonsentrasi dalam urusan reformasi ekonomi dan politik.

Advertisement

Permintaan Obama ini diucapkan saat menerima kunjungan Thien Sein di Gedung Putih, Senin (20/5/2013) waktu setempat. Sein menjadi Presiden Myanmar pertama yang berkunjung ke Gedung Putih dalam 47 tahun terakhir. Sein diterima Obama dan langsung melakukan pembicaraan di Ruang Oval.

Obama mengatakan bahwa pemimpin Myanmar telah menyakinkannya untuk terus menatap kedepan dalam reformasi politiknya. Hal ini dibuktikan dengan melepaskan para tahanan politik dan melembagakan reformasi politik yang telah terjadi.

Sein juga berjanji akan menyelesaikan konflik antaretnis dengan menggabungkan semua elemen masyarakat ke dalam proses politik.

Advertisement

“Saya juga berbagi dengan Presiden Sein terkait keprihatinan kami yang mendalam terhadap kekerasan komunal yang diarahkan kepada komunitas Muslim di Myanmar. Pemindahan orang-orang, kekerasan yang ditujukan pada mereka perlu dihentikan,” tutur Obama, dilansir Reuters.

Sein, yang berbicara melalui penerjemahnya, mengatakan negaranya menghadapi ‘tugas yang mengerikan’ dalam membawa reformasi. Namun, ia mengaku demokrasi yang sedang berkembang di Myanmar melalui reformasi harus terus dilakukan di tahun-tahun mendatang. Myanmar akan membutuhkan ‘bantuan dan pemahaman’ dari komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat, saat proses tersebut berjalan.

Kelompok-kelompok HAM dan beberapa anggota parlemen di AS khawatir Obama telah bertindak terlalu cepat dalam melakukan terobosan dramatis terhadap hubungannya dengan Myanmar pada 2011 lalu, setelah hampir setengah abad lebih Myanmar dikendalikan oleh kekuasaan militer.

Advertisement

Pemerintah Amerika Serikat mengatakan bahwa reformasi yang dilakukan oleh pemerintahan quasi-militer Myanmar, dengan membebaskan aktivis demokrasi Aung San Suu Kyi dan ratusan tahanan politik, melegalisasi serikat buruh dan protes serta pemerintahan yang transformasi, layak mendapat dukungan dari Obama. Hal itu juga menandakan berakhrinya status pariah di Myanmar, yang ditandai dengan kunjungan Barat pada November lalu.

Namun semenjak AS meringankan sanksi pada Myanmar, kekerasan etnis atau sektarian, khususnya di negara bagian Rakhine, kian memburuk. Setidaknya 192 orang tewas tahun lalu dalam aksi kekerasan antara umat Budha di Rakhine dan Muslim Rohingya. Kebanyakan korban, dan 140.000 orang yang kehilangan tempat tinggal akibat serangan tersebut, berasal dari kalangan Muslim.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif