Umum
Selasa, 21 Mei 2013 - 11:44 WIB

GAGASAN : Mempertimbangan Buku Agama Best Seller

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Setyaningsih, Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Setyaningsih, Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Dalam sejarah peradaban Islam, khususnya pada masa puncak perbukuan di zaman kekhalifahan Abbasiyah dan Fatimiyyah, buku (kitab), agama, ulama (juga umat Islam) adalah tiga hal yang niscaya dan biasa dalam kehidupan mereka. Satu ulama bisa menghasilkan puluhan bahkan ratusan buku selama hidup mereka. Buku-buku yang mereka tulis tentu saja tidak hanya tentang agama, tetapi meliputi berbagai bidang keilmuan seperti kedokteran, filsafat, astronomi, kesastraan, kalam dan sebagainya.

Advertisement

Hal ini juga terjadi di Indonesia. Kita bisa menyebut nama tokoh Nur Al-Din Al-Raniri, Abd Al-Ra’uf Al-Sinkili dan Al-Maqassari, dan seterusnya atau para ulama Melayu-Indonesia, perintis gerakan pembaruan Islam abad ke-17. Dalam buku Jaringan Ulama. Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (1995), Azyumardi Azra menulis bahwa Al-Raniri adalah seorang penulis produktif dan terpelajar.

Karyanya banyak membicarakan tentang tasawuf, kalam, fikih, hadis, sejarah dan perbandingan agama. Peran pentingnya bukan hanya dalam penjelasan dasar-dasar pokok keimanan, tapi juga pengungkapan kebenaran lewat perspektif perbandingan dengan agama-agama lainnya. Selain itu, Al-Sinkili juga seorang penulis. Selama di Aceh ia menghasilkan 22 karya tentang fikih, tafsir, kalam dan tasawuf. Dalam bidang tafsir, Al-Sinkili memiliki peran besar dalam perkembangan Islam.

Advertisement

Karyanya banyak membicarakan tentang tasawuf, kalam, fikih, hadis, sejarah dan perbandingan agama. Peran pentingnya bukan hanya dalam penjelasan dasar-dasar pokok keimanan, tapi juga pengungkapan kebenaran lewat perspektif perbandingan dengan agama-agama lainnya. Selain itu, Al-Sinkili juga seorang penulis. Selama di Aceh ia menghasilkan 22 karya tentang fikih, tafsir, kalam dan tasawuf. Dalam bidang tafsir, Al-Sinkili memiliki peran besar dalam perkembangan Islam.

Ia adalah alim pertama yang memikul tugas mempersiapkan tafsir lengkap Alquran dalam bahasa Melayu. Pada abad ke-18, para ulama seperti Al-Palimbani dari Palembang, Arsyad Al-Banjari dari Kalimantan dan Dawud Al-Fatani bersama para ulama Patani lainnya memberikan perubahan. Mereka adalah para ulama yang benar-benar berilmu, mengabdikan diri untuk kebaikan dan perubahan Islam, yang dikuatkan dengan karya-karya mereka.

Hari ini, nama besar menjadi ustaz atau ulama seolah menjadi patron. Patron yang sarat dengan pujian dan kebanggaan. Ketika mereka memiliki buku pun (yang biasanya hanya buku agama saja), kualitas dan tujuannya tertutup oleh gelar dan kebanggaan itu sendiri. Karya berupa buku hanya menjadi selingan, bukan kewajiban dan penghormatan dalam beragama. Buku pun lebih sering tampil sebagai satu komoditas yang dipromosikan dalam acara-acara ceramah di daerah-daerah maupun siaran langsung televisi.

Advertisement

Satu pengarang bisa muncul di beberapa judul buku. Jika perlu, pengarangnya akan turut serta berpose. Menampilkan senyum yang cukup meyakinkan. Ia menonjol di tengah buku-buku lain yang biasa-biasa saja karena bukan best seller. Label best seller biasanya ada di pojok kanan atas dengan warna mengilat. Buku berlabel tersebut ingin dilihat, disentuh, lalu dibawa ke meja kasir. Sampai akhirnya menghiasi rak buku di dalam rumah.

Mungkin ada permakluman ketika buku memang telah terbit dalam cetakan kesekian. Cukup meyakinkan bahwa pembaca menghendaki. Sering kali label best seller cukup membuktikan sebuah ketidakpercayaan bahwa buku itu tidak terlalu meyakinkan untuk dibaca. Lalu, mantra best seller diharapkan bakal membantu. Seolah label best seller memiliki otoritas menyatakan buku ini layak dibaca dan akan memberikan angin segar.

Mantra itu juga menjadi pendongkrak untuk karya selanjutnya. Kita pun bisa melihat kapasitas si penulis buku best seller. Seorang penulis yang baik dan otoritatif tidak memerlukan mantra best seller untuk membuat bukunya laku. Karyanya sudah memberi jaminan dan bakal terus dicari dan dibaca. Selain itu, ada keheranan ketika buku baru saja terbit di pasaran dan ternyata sudah menyandang gelar best seller. Siapa sesungguhnya yang berperan; pengarang, penerbit atau pembaca yang masih maya? Apa yang dijadikan ukuran hingga buku bisa dikatakan best seller? Secara umum, ukuran best seller di Indonesia adalah jika satu judul buku bisa terjual kurang lebih 6.000 eksemplar dalam satu tahun. Ini tentu saja sedikit memalukan, jika mengingat bahwa umat Islam Indonesia sekitar 85% dari 250-an juta penduduk Indonesia.

Advertisement

Komersialisasi

Komersialisasi adalah godaan paling tampak dalam buku best seller. Bisnis dan keuntungan yang menjanjikan dalam proses menyebarnya buku di pasaran menjadi sasaran utama. Niat menyebarkan pesan baik dan berbagi ilmu pengetahuan kalah oleh godaan uang dan materi. Aura ulama hilang bersama kata-kata yang sarat imbalan. Ustaz yang menjadi panutan berubah menjadi tuntutan. Kata-katanya tidak lagi menggetarkan dan menenteramkan, tapi bisa mengancam terutama mereka yang tidak mampu membeli padahal ada semacam ”keselamatan” dan ”keberkahan” dengan membeli buku tersebut.

Sekarang bukan hanya buku agama seputar ibadah maupun amalan saja yang di-best seller-kan. Buku-buku biografi tokoh ulama atau ustaz masa kini pun mulai menjamur di pasaran. Tokoh didewakan dan rasanya tidak sah dan kurang beriman ketika belum membacanya. Ada ancaman tersirat bahwa tidak akan memperoleh berkah, cahaya dan jalan lurus jika belum membawa pulang buku mereka.

Advertisement

Buku best seller berpotensi memunculkan fanatisme buta bahwa orang belum dikatakan benar dan lurus jika belum membaca dan membeli buku best seller. Demikian pula ketika melihat pengarangnya adalah seseorang yang sering menampilkan diri di televisi atau acara-acara ceramah di radio. Penikmat, pembaca, dan pengunjung toko buku tentu masih memiliki hak untuk menerima maupun menolak buku best seller. Dan kita berharap, umat Islam segera mendapatkan pencerahan untuk menjadi sang pembaca buku-buku bermutu, yang tidak hanya buku-buku agama. (langit_abjad@yahoo.com)

 

 

 

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif