Umum
Senin, 20 Mei 2013 - 04:50 WIB

Persedian Air Dinilai Cukup, Mundurnya Musim Tanam Berisiko Kurangi Produksi

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Saluran air di Dam Colo Timur, Nguter, Minggu (19/5/2013). Dam Colo Timur ini mengaliri saluran irigasi di enam kecamatan di Sukoharjo. (JIBI/SOLOPOS/Dian Dewi Purnamasari)

Saluran air di Dam Colo Timur, Nguter, Minggu (19/5/2013). Dam Colo Timur ini mengaliri saluran irigasi di enam kecamatan di Sukoharjo. (JIBI/SOLOPOS/Dian Dewi Purnamasari)

SUKOHARJO — Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur mengklaim pasokan air menjelang musim kemarau ini cukup lancar. Kendati demikian, musim tanam (MT) tahap II yang mundur dikhawatirkan mengurangi kapasitas produksi tanaman di Sukoharjo.
Advertisement

Ketua P3A Dam Colo Timur, Sarjanto, mengatakan hingga saluran irigasi dari Dam Colo Timur hingga medio April ini cukup lancar. Dam Colo Timur mengaliri air ke enam kecamatan seperti Nguter, Sukoharjo, Bendosari, Polokarto, Mojolaban dan Grogol. Ia mengatakan berdasarkan pantauan di lapangan kondisi air masih melimpah. Pasokan air diperkirakan baru akan bermasalah memasuki Agustus. Beberapa daerah yang biasanya mengalami kesulitan pasokan air itu seperti Kecamatan Bulu.
“Saat ini kondisi air masih melimpah. Petani juga sudah mulai mempersiapkan sumur dan diesel untuk mengantisipasi kekeringan di Agustus mendatang,” ujarnya kepada Solopos.com.

Menurut Sarjanto, diperkirakan pasokan air yang ada saat ini tidak akan cukup untuk mengaliri areal persawahan hingga akhir tahun. Oleh karena itu, petani diharapkan mengeringkan saluran irigasi selama satu bulan yaitu pada 9 Oktober hingga 9 November.

Selain masalah pengairan, petani juga menghadapi masalah masa tanam (MT) II yang mundur. Di sebagian wilayah di Soloraya seperti Sragen dan Karanganyar, MT II sudah berjalan dan hampir panen. Namun, di Sukoharjo sendiri MT II baru saja dimulai. Ia khawatir kondisi ini akan mengurangi kapasitas produksi hasil pertanian terutama padi. “Tutup tanam diperkirakan pertengahan Juni. Ini artinya mundur dan tidak akan mengejar masa pengeringan irigasi. Kemungkinan besar hasil padi menurun,” terangnya.

Advertisement

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Sukoharjo, Giyarti, mengatakan pada Mei ini petani di Sukoharjo belum akan mengalami kesulitan air. Ia memperkirakan kesulitan air baru akan terjadi pada Oktober. Oleh karena itu, pihaknya juga mulai mengumpulkan kepala UPTD Pertanian untuk menata saluran air. Ia akan mendata debit air yang ada di Dam Colo Timur dan Dam Colo Barat untuk disesuaikan dengan kebutuhan petani. Ia juga memperkirakan debit air dari Waduk Gajah Mungkur (WGM) masih cukup untuk mengaliri sawah hingga Oktober.“Debit air naik dibandingkan tahun lalu. Bisa diramalkan sesuai dengan perkirakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) air cukup hingga Oktober nanti,” ujarnya.

Ia juga mengatakan Dispertan sudah memberikan dana pengganti gagal panen senilai Rp563 juta kepada petani di Kecamatan Weru. Petani yang gagal panen selama kekeringan mendapatkan dana pengganti dari pusat. Sementara saat ini, pihaknya juga menginstruksikan kepada UPTD Pertanian untuk memperbaiki saluran irigasi yang rusak.

“Petani kami harapkan juga mulai membenahi saluran cacing tersier di sawah. Supaya hasilnya lebih optimal,” terangnya.
Ia berharap pada tahun ini hasil pertanian padi di Sukoharjo bisa optimal. Pasalnya, gabah kering panen (GKP) saat ini juga sedang berada di harga cukup tinggi senilai Rp3.800/kg. Ia berharap petani Sukoharjo dapat menikmati kondisi tersebut.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif