Sport
Minggu, 19 Mei 2013 - 18:44 WIB

DIVISI UTAMA LPIS : Nasib Persewon Terkatung-katung

Redaksi Solopos.com  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemain Persewon Wondama (kostum hijau bergaris biru) saat menghadapi Persis Solo pada lanjutan Divisi Utama Liga Prima Indonesia Sportindo di Stadion Manahan, Solo, beberapa waktu lalu. Nasib para pemain Persewon kian tidak jelas karena krisis finansial. dokJIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto

Pemain Persewon Wondama (kostum hijau bergaris biru) saat menghadapi Persis Solo pada lanjutan Divisi Utama Liga Prima Indonesia Sportindo di Stadion Manahan, Solo, beberapa waktu lalu. Nasib para pemain Persewon kian tidak jelas karena krisis finansial. dokJIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto

SOLO – Nasib skuat asal Papua, Persewon Wondama yang hijrah ke Boyolali tak juga menemui kejelasan. Masalah internal tim yang berlaga di Divisi Utama (DU) Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) bukan semakin baik, tetapi sebaliknya tim berjuluk Lumba-lumba Teluk ini justru tercecer di tengah ketidakpastian masa depan mereka.

Advertisement

Skuat yang diarsiteki Didik Listiyantoro ini hampir putus asa lantaran krisis finansial tim yang berujung pada belum dibayarkannya gaji para pemain. Dalam menjalani dua laga tandang terakhir, Persewon praktis tanpa persiapan. Tim ini sudah lebih dua pekan tak menjalani latihan rutin karena kondisi ini.

Alhasil, anak asuh didik ini tak berdaya saat berhadapan dengan Persires Banjarnegara, Minggu (12/5/2013) dan Persis Solo Rabu (15/5/2013). Bahkan, Persewon dihancurkan Persis Solo 0-4 saat bertandang ke Stadion Manahan pekan lalu.

“Dua laga terakhir kami sudah ingin mundur dan memilih walk out saja karena kondisi kami yang seperti ini. Akan tetapi, saya masih berusaha mengajak pemain untuk bertanding meski akhirnya kami tak meraih hasil bagus,” terang Pelatih Persewon, Didik Listyantoro, Minggu (19/5/2013).

Advertisement

Keadaan skuat asal Indonesia Timur ini memang memprihatinkan. Krisis finansial berdampak pada belum dikucurkannya upah dua bulan para pemain. Padahal manajemen sudah berulang kali memberikan janji manis yang pada kenyataannya belum juga terwujud.
Didik mencontohkan saat timnya bertamu ke Manahan pekan lalu. Manajemen menjanjikan kucuran dana segar langsung ke rekening para pemainnya. Sayangnya, janji tersebut isapan jempol belaka. Praktis, nasib mereka terkatung-katung menanti kepastian serta bukti ucapan manis pihak manajemen.

“Kami juga tidak bisa berbuat banyak. Saya tidak tahu apakah kami bisa lanjut atau tidak,” imbuh Didik.

Ketidakpastian iklim di internal klub ini membuat para pemainnya hengkang. Terlebih mereka yang berasal dari Jawa. Sedang beberapa pemain asli Papua masih memilih bertahan di Boyolali. Sebab, mereka juga didera kebingungan ongkos untuk kembali ke kampung halamannya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif