Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Kapolsek Purwantoro AKP MN Mastika, mewakili Kapolres Wonogiri AKBP Tanti Septiyani, membenarkan kejadian tersebut. Ia menduga ada miskomunikasi antara warga dengan Ponpes tersebut karena ada seorang santriwati yang diduga dianiaya oleh ustadzahnya. “Sekitar pukul 19.30 WIB. Ada sekitar 300 warga yang datang ke Pondok. Mereka menduga telah terjadi penganiyaan terhadap salah seorang santriwati yang bernama Khairunnisa, 13,” katanya, Minggu (12/5/2013).
Ia menyatakan, setelah korban diperiksa, memang ada luka gores di pipi kiri dan memar di bagian lengan kanan. Menurutnya, itu bukan luka baru tetapi sudah beberapa hari sebelumnya. Namun, hingga saat ini pihaknya belum bisa mengusut kasus tersebut karena Khairunnisa belum bisa dimintai keterangan. “Korban masih belum mau bicara. Pihak keluarga juga belum melaporkan kejadian itu secara resmi ke kami. Tapi, kami tetap mendalami kejadian ini. Menurut informasi yang saya peroleh, orangtua korban merupakan salah satu donatur di Pondok,” ujarnya.
Camat Purwantoro, Khamid Wijaya, juga menyatakan hal serupa. “Kejadiannya Sabtu malam. Saat mendengar kejadian itu, Muspika langsung ke lokasi untuk menenangkan warga. Akhirnya mereka mau mendengar arahan kami dan menghentikan pelemparan itu,” katanya kepada wartawan, Minggu. Ia pun belum mengetahui penyebabnya secara pasti karena Khairunnisa belum mau berbicara. Saat ini, lanjut dia, anak itu di rumah neneknya di Desa Talesan, Purwantoro.
Di sisi lain, di Ponpes Al-Ibanah masih terlihat sisa-sisa amuk massa pada Sabtu malam. Kaca depan di bagian ruang tamu pecah, juga ada beberapa genteng dan atap asbes yang juga pecah. Sedangkan pada bagian dinding triplek di bagian pondok itu tampak jebol bekas tendangan kaki. “Kami tidak tahu alasannya, tahu-tahu ratusan warga ke sini [pondok] tanpa ada yang bertanya atau memberikan keterangan apapun. Mereka mendadak melempar batu-batu itu ke kami. Tapi, mayoritas bukan warga sekitar sini,” kata Pengasuh Ponpes Al-Ibanah, Muhidin, saat ditemui wartawan di Pondok, Minggu.
Terkait tersiarnya kabar penganiayaan atas seorang santri di Ponpes tersebut yang bernama Khairunnisa, pihaknya tidak bisa memberikan pernyataan pasti. Menurutnya, pada Sabtu siang, Nisa kabur dari Pondok. “Anak ini memang nakal, seperti sering mencuri barang dari santri lain, sering kabur dan pulang ke rumah serta tidak ikut kegiatan Pondok. Sesuai aturan, seharusnya sudah dikeluarkan. Tapi, karena dia itu anak dari salah satu donatur tetap Pondok, maka kami pertahankan,” imbuhnya.
Mertua Muhidin, Tarman, menambahkan anak itu mengeluh ke warga di Tegalharjo, Purwantoro, jika tidak betah dan trauma di Pondok karena dirotan (dianiaya). Tapi menurut dia, setelah pihak Ponpes menanyakan kebenarannya kepada ibunya, anak itu sengaja mengarang cerita semacam itu.