SUKOHARJO—Masyarakat Sukoharjo mengeluhkan minimnya etika club motor di jalan raya. Mereka menilai mayoritas komunitas pengendarai sepeda motor kurang menghargai pengguna jalan lain saat berkendara di jalan raya.
Salah satu pengguna jalan di Sukoharjo, Mujiono, 48, mengatakan masyarakat sering merasa tidak nyaman saat club motor mengadakan touring di jalan raya.
Kondisi tersebut terutama dirasakan saat berkendara di dua jalur. Club motor seringkali mengabaikan kepentingan pengguna jalan lain saat mereka berjalan beriring-iringan di jalan raya.
Kondisi tersebut terutama dirasakan saat berkendara di dua jalur. Club motor seringkali mengabaikan kepentingan pengguna jalan lain saat mereka berjalan beriring-iringan di jalan raya.
“Sering kali ada yang kurang ajar karena tidak menengok kiri dan kanan. Mereka seharusnya bisa menghargai yang lain lah, terutama saat ada event di kota tertentu,” ujarnya saat ditemui Solopos.com, Minggu (5/5/2013).
Berdasarkan pantauan Solopos.com, Minggu, sepanjang jalan di Sukoharjo memang dipadati berbagai komunitas sepeda motor berbagai merek.
Keluhan serupa juga diungkapkan warga Sukoharjo Joko Susanto, 37. Ia menemui bahwa club sepeda motor sering ugal-ugalan. Selain itu, tak jarang komunitas sepeda motor itu beradu kecepatan.
Padahal, jalan raya digunakan oleh banyak pihak. Hal itu kemudian diperparah dengan suara bising yang mengganggu ketenangan.
Di jalan raya, ia cenderung mengalah saat bertemu dengan club sepeda motor tersebut. Hal itu ia lakukan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
“Sebagai masyarakat biasa saya minta aparat berwenang mengimbau mereka dan bersikap tegas. Karena ada juga yang beradu kuat di jalan raya,” ungkapnya.
Sementara itu, salah satu club motor yang sedang menggelar acara di Alun-alun Satya Negara, Sukoharjo King Rider (Soker), dengan tegas menolak stigma buruk di mata masyarakat tersebut.
Penyuluhan Anggota
Penanggung jawab acara 2nd Anniversary Soker, Agus Setyanto, mengatakan pihaknya selalu mengadakan penyuluhan kepada anggotanya untuk berdisiplin di jalan raya. Ia juga terus melatih para anggota agar tidak ugal-ugalan di jalan.
Menurutnya, selama touring berlangsung, Soker selalu membawa serta petugas swiper. Swiper bertugas untuk mengontrol dan mengondisikan barisan sepeda motor. Kode yang dipakai adalah dengan menggunakan bahasa isyarat tangan.
“Saat jalan ramai, swiper akan mengondisikan satu barisan dengan kode satu jari. Sedangkan saat jalanan sepi mereka akan mengatur menjadi dua baris,” terangnya.
Ia juga mengatakan bahwa dalam momentum ulang tahun kedua Soker, ia ingin terus mengikis stigma negatif tersebut. Ia menekankan kepada seluruh anggotanya untuk menghargai pengguna jalan lain.
Saat disinggung mengenai kejadian kecelakaan antara ambulans dan motor gede (moge) di Jogja, ia menyatakan keprihatinannya. Ia berharap kejadian serupa tidak terjadi pada Soker. Ia juga meminta kepada anggotanya untuk mengutamakan kehati-hatian dan mendahulukan terutama mobil ambulans untuk lebih dahulu lewat.
“Sebelum touring pasti ada rapat koordinasi dulu. Kami meminimalisir hal-hal yang seperti itu,” jelasnya.
Sementara itu, aparat kepolisian yang sedang berjaga saat itu, Kepala Satuan Pembinaan Masyarakat (Kasatbinmas) Polres Sukoharjo, AKP Zunaidi, mengatakan pihaknya selalu mengawal jalannya touring. Ia juga mengimbau kepada club motor agar menjaga kondusivitas saat mengadakan touring. Pasalnya, para anggota club motor biasanya sudah dilengkapi dengan peralatan touring yang memadahi.
“Biasanya dalam acara club motor kejadian yang rawan itu pencurian helm, sepeda motor dan mabuk-mabukan,” ujarnya.