Ketika bus yang mereka tumpangi sudah mendekati Kota Solo, Koplo jadi teringat pesan anaknya, jika sampai di Solo agar menghubungi Gendhuk Nicole atau suaminya, Tom Gembus, biar bisa dijemput. Jon Koplo yang gaptek itu pun segera mengambil hand phone dari dalam tasnya, lalu mengambil secarik kertas berisi nomor telepon Gendhuk Nicole. Dengan perasaan setengah takut ia mulai dudal-dudul tombol hand phone sesuai angka yang tertera di sobekan kertas tadi.
Namun berkali-kali Jon Koplo menelepon nomor tersebut, berkali-kali pula tulalit, tidak ada jawaban. Akhirnya ia meminta bantuan kepada seorang pemuda yang duduk di seberang kursinya.
“Mas, mbok saya minta… tolong,” pinta Koplo.
“Ada apa, Mbah?” tanya pemuda itu.
“Ini lho, Mas. Saya mau nelpon anak saya, tapi kok tidak nyambung-nyambung? Mbok tolong saya ditelpunken, Mas,” kata Koplo sambil memberikan HP dan kertas kecilnya kepada sang pemuda. Sambil senyam-senyum pemuda itu berkata, “Pantas saja nggak nyambung Pak, hla wong ini momornya 13 angka, biasanya kan 12 angka. Ini kebanyakan satu angka, Mbah, ” jelas pemuda itu sambil menunjukkan nomor yang tertera di kertas tersebut.
Tanpa diduga, dengan entengnya Koplo menjawab, “ Kalau kelebihan satu angka, buang saja nol-nya, Mas…!” jawab Koplo.
Pemuda itu hanya melongo, “Haaah???!”
Titik Setyaningsih, Ngelo RT 001/RW008 Jendi, Selogiri, Wonogiri