Pukul 22.00 WIB Jon Koplo tiba di rumah Gembus. Ia langsung disambut kakaknya itu sambil berbisik, “Plo, aku minta tolong nanti yang nggendong jenazah anakku ke makam kamu ya, soalnya kakak iparmu masih sedih. Aku tak tega meninggalkan sendirian.”
“Siap, Mas,” jawab Koplo.
Tepat pukul 23.00 WIB jenazah diberangkatkan ke TPU Bonoloyo. Kebetulan jarak rumah dengan makam hanya sekitar 400 meter. Tidak sampai 10 menit rombongan pengantar jenazah sekitar 20 orang itu memasuki TPU yang sepi nyenyet.
Adegan mengagetkan ini terjadi ketika Jon Koplo akan meletakkan jenazah jabang bayi ke liang lahat. Tiba-tiba saja dari dalam liang kubur terdengar suara tangisan bayi, ”Oeeekkk… oeeeekkk…” begitu bunyinya.
Keruan saja para pelayat pada njenggirat kaget, bahkan ada yang menjauh dan lari kocar-kacir. Jon Koplo pun sempat kaget dan bingung. Tapi ia segera maklum, ternyata sumber suara tangisan bayi itu berasal dari dalam jaketnya.
“Oalaaah, aku tadi kok ya lupa mengganti nada HP-ku,” batin Koplo.
Menyadari hal tersebut, Jon Koplo pun langsung mbengok, “Hoiii…! Bapak-Bapak…! Mas-Mas…! Jangan takut. Suara tadi bukan dari bayi yang saya gendong, tapi suara HP saya. Mohon maaf ya. Mari, kita lanjutkan pemakaman…”
Warga pun akhirnya kembali mendekat dan membantu pemakaman meskipun hatinya masih deg-degan,
Fitri Giyanto, Sawur RT 001/RW 011 Mertan, Bendosari, Sukoharjo