Sesampai di rumah, Cempluk mingar-minger di depan kaca. Merasa bibirnya kurang klimis, Cempluk pun meminta sesuatu kepada Gendhuk Nicole, anak remajanya yang suka berdandan.
“Ndhuk, ibuk njaluk lipenmu sing marai lambe mengkilap kae, endi?” pintanya.
“Niku Buk, ten ngetas,” jawab Gendhuk.
“Niku Buk, ten ngetas,” jawab Gendhuk.
Tanpa pikir panjang, Cempluk pun langsung gogoh-gogoh tas anaknya. Di sana ada dua bentuk lipstik, yang satu kenyal, satunya lagi cairan putih terbungkus wadah kaca panjang dengan roll di ujungnya.
“Benges modhel saiki thik apik men,” batin Cempluk sambil ngoser-oser-kan benda itu ke bibirnya.
“Pak, lambeku kok pating clekit ya?” tanyanya kepada Jon Koplo sedang fokus mengendarai brompitnya.
Setelah berhenti sebentar, Koplo menengok ke belakang dan… badalaaa! Ia pun langsung ngguyu ngekek melihat bibir istrinya yang sudah mlenthung sak ban trek!
“Lambemu mau mbok kek-i apa ta, Bu?” tanya Koplo heran campur geli.
Karena “lipstik” yang dimaksud masih dibawa di dompetnya maka Cempluk pun menunjukkannya kepada suaminya.
“Halah-halaaah… Iki dudu benges ya Bune. Iki jenenge minyak angin aroma terapi…!” terang Koplo setelah membaca tulisan kemasannya.
“Woalah kojur ane. Hla wong ra enjoh maca, apa maneh basa landa…” sambat Cempluk.
Akhirnya Cempluk tetap mengikuti acara ngiring manten meski harus menutup mulutnya karena takut konangan.
Al-irsyad Ahmad Qodir, Kedungbuntal RT 003/RW 003, Ketitang, Nogosari, Boyolali 57378