News
Minggu, 28 April 2013 - 10:03 WIB

Dompet Dhuafa Beri Beasiswa 48 Aktivis Kampus

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

SOLO–Dompet Dhuafa memberikan beasiswa untuk 48 aktivis kampus yang ada di tujuh perguruan tinggi (PT) pada 2013. Total beasiswa senilai Rp432 juta itu diharapkan tidak berhenti kepada mahasiswa, namun juga bisa bermanfaat bagi orang lain.

Advertisement

Deputi Direktur Direktorat Pendidikan Dompet Dhuafa, Sri Nurhidayah, mengatakan beasiswa yang disebut dengan Beasiswa Aktivis Nusantara 2013 itu memang murni untuk mahasiswa yang aktif dalam organisasi kampus maupun kegiatan lainnya.

“Untuk beasiswa ini memang bukan untuk mahasiswa yang secara ekonomi [kurang] tetapi untuk dukungan aktivitas dan tiap bulan dilaporkan,” jelasnya saat ditemui wartawan seusai memberikan materi dalam seminar nasional bertajuk Negarawan Muda Belajar Merawat Indonesia di aula Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sabtu (27/4/2013).

Menurutnya, masing-masing penerima beasiswa mendapatkan Rp750.000/ bulan selama satu tahun. Sumber dana beasiswa itu berasal dari infak dan sodakoh masyarakat Indonesia.  Dia mengatakan ketujuh PT itu yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Sriwijaya (Unsri).

Advertisement

Marketing Komunikasi Beasiswa Studi Indonesia Dompet Duafa, Arief Hudaya, menambahkan selain harus aktif di kampus, mahasiswa minimal memiliki IPK 2,8. Menurutnya, sistem seleksi dalam penerimaan beasiswa itu cukup ketat, sebab beasiswa yang sudah ada sejak tiga tahun lalu itu diminati ribuan mahasiswa dari berbagai PT tiap tahunnya.

Setelah melalui seleksi administrasi, mahasiswa yang lolos juga harus mempresentasikan gagasan atau program yang akan dijalankan. Mahasiswa penerima beasiswa juga bisa dicabut haknya kalau tidak lagi aktif dalam kegiatan kampus. Sebab, tujuan dari pemberian beasiswa itu adalah untuk menghidupkan kampus maupun masyarakat.

“Selain itu, harapannya juga tidak berhenti pada penerima beasiswa, mahasiswa harus bisa membuat semacam gerakan sosial supaya bermanfaat untuk orang lain. Seperti pada mahasiswa IPB yang memiliki program beasiswa gerakan cinta anak tani (GCAT),” jelasnya saat ditemui wartawan di sela-sela kegiatan, Sabtu.

Advertisement

Salah satu mahasiswa IPB yang menjadi pelaksana program GCAT itu adalah Yani Mulyani. Program itu dijalankan pada pertengahan 2012. “Saya mendapatkan Beasiswa Aktivis Nusantara pada 2012, hingga saat ini ada delapan siswa SMA di Bogor yang kami beri beasiswa,” jelasnya saat ditemui wartawan di sela-sela seminar.

Menurutnya, beasiswa itu sengaja diberikan untuk mendukung pendidikan anak petani yang pandai dan kurang mampu. Masing-masing penerima beasiswa mendapatkan Rp200.000 dengan rincian Rp100.000 untuk membayar SPP dan Rp100.000 untuk kegiatan siswa.

Menurutnya, dana beasiswa dalam program GCAT itu berasal dari infak dan sodakoh warga kampus. Bersama delapan mahasiswa IPB lain yang mendapatkan beasiswa serupa, mereka membuat celengan 1.000 Cinta Untuk Anak Tani. Celengan itu di tempatkan di seluruh sekretariat organisasi, kelas dan ruang dosen di IPB. Siapapun boleh menyisihkan uang untuk dimasukkan ke dalam celengan itu. Bahkan saat ini, ada orang yang menjadi donatur tetap program mereka.

“Ke depan, kami berharap bisa memberikan beasiswa kepada lebih banyak siswa dan dari beberapa sekolah,” harap mahasiswa Program Studi Biologi Fakultas MIPA IPB yang aktif dalam Forum for Scientific Studies (Forces) itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif