Setelah antri sesaat, keduanyapun masuk ke dalam lift bersama beberapa orang. Jujur koplo sedikit nerveous.
“Mas, saya lantai tiga,” katanya kepada seseorang yang dekat dengan tombol. Orang itu pun memencet angka tiga.
“Mangga, Pak, ini lantai tiga, kata orang itu setelah sampai lantai 3.
“Cepet ya Pluk, ora nganti sak menit wis tekan ndhuwur,” kata Kon Koplo. Keduanyapun bergegas ke tempat tetangga mereka dieawat.
Tidak sampai setengah jam, mereka berpamitan. Kali ini Cempluk mengajak Koplo untuk turun lewat tangga, namun Koplo menolak karena masih penasaran dengan teknolgi canggih itu.
Keduanya pun berdiri tepat di depan pintu lift. Menirukan orang seperti yang dilihatnya tadi, Koplo menekan tombol anak panah yang ada di dinding sebelah pintu. Sekali pencet langsung menyala dan pintu pun terbuka. Kali ini tak ada satu orang pun. Setelah pintu menutup Koplo menekan angka satu. Terbersit rasa bagga bisa mengoperasikan fasilitas tersebut.
Tak lama pintu terbuka kembali. “Wah, nek mudhun kok cepet banget ya, Pluk.” Kata Koplo sambil menggandeng tangan istrinya keluar dari ruang lift. Tapi begitu melihat kaca jendela, Cempluk kaget. “Lho, Mas, kok malah saya dhuwur?” tanya Cempluk.
“Woo, liftnya ngapusi! Tadi tak pencet panah turun kok malah naik?” celetuk Koplo.
Selidik punya selidik, ternyata ketika Koplo memencet tombol, tadi lift baru berjalan ke lantai atas. Ia juga tidak nggagas angka penunjuk sampai di lantai mana lift tersebut bergerak.
Yusuf Cahyono, Kaloran Lor RT 003/RW 005 Giritirto, Wonogiri