News
Sabtu, 6 April 2013 - 19:00 WIB

KRISIS SEMENANJUNG KOREA : Kebanyakan Perwakilan Asing Pilih Bertahan di Pyongyang

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang tentara Korea Selatan mengamati wilayah Korea Utara dari pos penjagaan perbatasan di Paju, utara Seoul. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Seorang tentara Korea Selatan mengamati wilayah Korea Utara dari pos penjagaan perbatasan di Paju, utara Seoul. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

SEOUL – Para diplomat asing di Pyongyang, Sabtu, duduk bersama untuk mengambil sikap mengenai peringatan Korea Utara, yang menyarankan evakuasi para perwakilan asing menyusul tanda-tanda penggunaan peluru kendali saat ketegangan ancaman nuklir semakin meningkat.
Advertisement

Semua ketua diplomat dari Uni Eropa sepakat bertemu untuk menyimpulkan sikap terkait tensi ketegangan yang terus meningkat, terutama setelah pernyataan Korea Utara yang tidak dapat menjamin keselamatan diplomat asing. Mayoritas dari perwakilan menyatakan belum berencana untuk menarik personel. Bahkan beberapa di antara mereka, menilai pernyataan Korut itu hanya tindakan provokatif untuk menyebarluaskan ketegangan ke global mengenai apa yang terjadi di Semenanjung Korea.

“Kami percaya sikap mereka ini bagian dari retorika setelah sikap Amerika Serikat yang menyiapkan serangan kepada mereka,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris di London. Peringatan Korut untuk Kedutaan itu tidak lama setelah negara pimpinan Kim Jong Un ini menyiapkan dua peluru kendali berkekuatan menengah yang telah dikubur di bawah tanah pantai timur.

Advertisement

“Kami percaya sikap mereka ini bagian dari retorika setelah sikap Amerika Serikat yang menyiapkan serangan kepada mereka,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris di London. Peringatan Korut untuk Kedutaan itu tidak lama setelah negara pimpinan Kim Jong Un ini menyiapkan dua peluru kendali berkekuatan menengah yang telah dikubur di bawah tanah pantai timur.

“Korut tampaknya berniat menembakkan rudal tanpa terlebih dulu memberi peringatan,” kata pejabat senior pemerintahan yang dikutip Kantor Berita Korsel Yonhap. Rudal itu berjenis Musudan yang belum pernah dites sebelumnya, namun diyakini memiliki jangkauan sepanjang tiga ribu kilometer (1860 mil) dan secara teoritis dapat menanjak ke jarak empat ribu kilometer. Rudal itu dapat menyasar Korsel dan Jepang, dan diprediksikan dapat juga mengarah ke basis militer AS di wilayah Pasifik, Guam.

Gedung Putih, Jumat, meyakini tidak akan ada kejutan dengan peluru kendali itu. “Kami sering melihat mereka meluncurkan rudal, dan itu akan semakin menguatkan mereka dengan gaya berperanganya, yang banyak retorika yang tidak konstruktif dan sedikit aksi,” kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney.

Advertisement

Korut belum membuktikan kemampuan rudalnya yang dapat menyerang target Amerika Serikat, sementara banyak analis berpendapat ancaman nuklir Korut hanya menggunakan rudal kelas menengah. Namun demikian, komunitas internasional juga menyoroti tensi yang terus menegang dan mengisyaratkan ada resiko nyata yang sulit dikendalikan.

Pembantaian Massal
Respon terkini datang dari ikon komunis Fidel Castro yang memperingatkan akan bahaya konflik nuklir lebih besar dari apa yang telah terjadi sejak perang rudal Kuba pada 1962. Jika perang benar-benar pecah di Peninsula Korea, “Akan terjadi pembantaian massal yang mengerikan,” tulis Castro di halaman depan Granma, koran berpaham komunis di Kuba.

Sementara itu, PBB belum berencana menarik stafnya menyusul peringatan Korut ke Kedutaan dan LSM di Pyongyang. Juru Bicara Martin Nesirky mengatakan Sekjen PBB Ban Ki-moon telah “mempelajari” pesan itu dan menyatakan staf PBB akan tetap terlibat dalam kegiatan kemanusiaan dan pembangunan di Korut.

Advertisement

Menurut Kemenlu Inggris, Kedutaan dan Organisasi telah diberitahu agar menyampiakan kepada pemerintah di Pyongyang pada 10 April mengenai bantuan yang akan mereka minta terkait proses evakuasi. “Yang kami pahami Korut menanyakan apakah kedutaan berniat untuk pergi dari Pyongyang, bukannya menasihati mereka untuk meninggalkan, ” kata juru bicara tersebut.

Menteri Luar negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Moskow telah berdiskusi dengan China menyusul peringatan itu, serta pembicaraan dengan Amerika Serikat dan anggota lainnya dalam diskusi enam negara yang sempat terhenti mengenai Korut. Dari Korea Selatan, seorang pejabat Angkatan Laut kepada Kantor Berita Yonhap mengatakan bahwa dua kapal perusak Aegis dengan sistem radar canggih telah dikerahkan – satu di lepas pantai timur dan satu di pantai barat – untuk melacak setiap peluncuran rudal.

Korea Utara, baru-baru ini, pada Rabu, menolak untuk mencabut larangan warga Korea Selatan yang ingin mengakses perusahaan mereka di zona industri Kaesong yang telah didanai Seoul.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif