Soloraya
Rabu, 3 April 2013 - 02:14 WIB

TRAGEDI MEI : Jejer Wadon Bakal Hidupkan Situs Tragedi Kerusuhan Mei 1998

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kerusuhan Mei 1998 di kawasan Coyudan (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Ilustrasi kerusuhan Mei 1998 di kawasan Coyudan (JIBI/SOLOPOS/Dok)

SOLO — Jejer Wadon bekerja sama dengan Komnas Perempuan merintis upaya menghidupkan situs-situs tragedi kerusuhan dan pembakaran 14-15 Mei 1998 di Kota Solo. Upaya itu antara lain akan dilakukan lewat tapak tilas ke berbagai lokasi yang dianggap menyimpan catatan penting ketika terjadi peristiwa Mei 1998.

Advertisement

Di antaranya beberapa pusat perbelanjaan dan bank-bank yang dibakar, Griya Solopos di Jl Adisucipto 190 yang menyimpan dokumentasi peristiwa Mei 1998 hingga Tempat Permakaman Umum (TPU) Purwoloyo yang menjadi salah satu lokasi penguburan massal korban tragedi Mei.

”Jejer Wadon punya kekayaan SDM, ada sastrawan, penulis, film maker [pembuat film], jurnalis dan lain-lain. Kami akan pikirkan apakah pembuatan Situs Ingatan Tragedi Mei 1998 di Solo bisa berupa karya sastra, film atau apa pun,” jelas koordinator Jejer Wadon, Dewi Candraningrum, saat acara diskusi kecil inisiasi pembuatan Situs Ingatan Tragedi Mei 1998 Solo di Restoran Gula Klapa, Manahan, Senin (1/4/2013) malam.

Studi dan peninjauan berbagai tempat yang menjadi saksi meletusnya tragedi Mei 1998 di Solo tersebut digelar Selasa (2/4/2013). Selain itu, mereka akan bekerja sama dengan Komunitas Tanggul Budaya untuk mengadakan pementasan teater dan pemutaran film serta testimoni korban tragedi Mei 1998 di Solo pada 11-12 Mei.

Advertisement

”Yang jelas kami akan melakukan pemetaan dulu. Tidak muluk-muluk yang penting jaringan ini sudah hidup dahulu. Jadi kami ingin Komnas Perempuan bisa ikut mendukung dan ikut memfasilitasi upaya kami,” sambung Dewi.

Komisioner Komnas Perempuan, Arimbi Heroepoetri, mengatakan sejauh ini beberapa situs tragedi Mei 1998 di berbagai kota di Indonesia memang hilang dan cenderung terlupakan. Sebab gedung-gedung yang mengalami pembakaran pada masa itu, sudah mengalami renovasi dan pembangunan ulang. ”Sekarang ini sudah banyak yang lupa dengan situs-situs itu. Bahkan dari kalangan mahasiswa saja sekarang sudah lupa,” tutur Arimbi.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif