Soloraya
Senin, 25 Maret 2013 - 16:42 WIB

Kos Campur Masih Ditemui di Jebres

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (istimewa)

ilustrasi (google img)

SOLO–Keberadaan tempat indekos campur dinilai masih subur di Kota Solo. Di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, 15 kos-kosan diketahui masih mengizinkan tempatnya dihuni penyewa laki-laki dan perempuan sekaligus. Hal itu diungkapkan Lurah Jebres, Agung Riyadi, saat ditemui wartawan di Makodim 04 Jebres, Senin (25/3/2013).

Advertisement

“Masih ada sekitar 15 kos campur di Kelurahan Jebres. Jumlah itu terhitung kecil, hanya 3% dari total kos-kosan yang ada di kelurahan,” ujarnya.

Kelurahan Jebres diketahui menjadi kelurahan yang memiliki jumlah kos-kosan terbesar di Solo. Tercatat ada 500 tempat indekos yang berdiri di kelurahan ini. Tingginya jumlah tersebut tak lepas dari lokasi kelurahan yang dekat dengan pusat pendidikan seperti Universitas Sebelas Maret dan Institut Seni Indonesia Solo. Agung mengungkapkan, pertumbuhan bisnis kos-kosan cenderung meningkat tiap tahunnya.

“Pertumbuhannya sekitar 5%-10% per tahun. Kadang, pendirian kos baru tanpa kontrol yang jelas,” ucapnya.

Advertisement

Pihaknya mengatakan minimnya kontrol menyebabkan longgarnya aturan di sejumlah kos-kosan. Fenomena kos campur, imbuhnya, menjadi fakta nyata pelanggaran Perda No5/1996 tentang Rumah Hunian. Dalam waktu dekat, pihaknya akan menertibkan kos yang terindikasi melanggar aturan. “Kami sudah mengantongi lokasi-lokasinya.”

Meski telah mengantongi data, Agung menyebut persoalan tak selesai di sana. Menurut dia, mayoritas pemilik indekos bukan warga setempat sehingga membuat kesulitan dalam pendataan. Pihaknya sudah berupaya menggandeng induk semang untuk mengumpulkan data penyewa berikut informasi pemilik kos. “Orang yang dipercaya mengelola kos inilah yang akan diberdayakan,” katanya.

Camat Jebres, Sri Wirasti, membenarkan praktik indekos nakal sering menimbulkan keresahan di masyarakat. Ironisnya, imbuh dia, RT/RW di wilayah kos kerap enggan bertanggungjawab atas kerawanan yang muncul di kos-kosan. “Ini juga karena warga sering direcokin anak kos. Warga jadi seolah tak peduli,” ujarnya.

Advertisement

Dia mengamati sebagian pendatang kurang mempedulikan norma yang ada di masyarakat. Akibatnya, tindak kriminalitas sering menimpa penghuni kos karena lingkungan yang terlalu bebas. Sri berjanji pendataan penduduk pendatang akan digencarkan setelah sebelumnya sempat mandek. “Penghuni kos dari kalangan mahasiswa, pekerja dan keluarga akan didata ulang. Ke depan, minimal salinan kartu identitas diserahkan ke induk semang,” tandasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif