Soloraya
Jumat, 15 Maret 2013 - 15:09 WIB

TEBING LONGSOR: 240 Warga Mriyan Terisolasi, Cemas Bencana Susulan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tanah longsor di Mriyan, Musuk, Boyolali, Jumat (15/3/2013). (JIBI/SOLOPOS/Septhia Ryanthie)

Tanah longsor di Mriyan, Musuk, Boyolali, Jumat (15/3/2013). (JIBI/SOLOPOS/Septhia Ryanthie)

BOYOLALI — Sekitar 240 warga di Dukuh Kawengen, Desa Mriyan, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, hingga Jumat (15/3/2013), masih terisolasi. Mereka kesulitan mengakses jalan menuju pusat desa dan kecamatan setempat, menyusul longsornya salah satu tebing di wilayah itu, Rabu (13/3/2013) lalu.

Advertisement

Material longsoran berupa tanah dan bebatuan yang jatuh dari ketinggian sekitar 10 meter (m), menutup satu-satunya jalan dari Dukuh Kawengen menuju pusat desa dan kecamatan. Bahkan tiang listrik yang berada di lokasi kejadian terkena longsoran tanah itu hingga miring.

Pantauan di lokasi kejadian, Jumat, jalan yang tertimbun material longsoran hanya bisa dilalui pejalan kaki atau sepeda motor. Sejumlah warga Kawengen yang hendak menghadiri resepsi pernikahan seorang warga di dukuh lainnya, jika tak kuat menanjak timbunan material longsoran itu, terpaksa harus turun dan menuntun sepeda motor mereka. Menurut keterangan sejumlah warga, tanah longsor di Dukuh Kawengen itu terjadi di tiga titik. Material longsoran di dua titik di antaranya, sudah berhasil dibersihkan warga dengan bergotong royong. Namun satu titik longsoran lagi belum berhasil dibersihkan karena material longsoran yang cukup banyak. Untuk bisa membersihkan material longsoran tersebut, warga membutuhkan bantuan alat berat.

“Warga sudah kerja bakti untuk membersihkan longsoran dengan alat seadanya, tapi karena material tanah cukup banyak dan batunya juga besar-besar, ya belum bisa. Hasil kerja bakti kemarin hanya bisa buka akses jalan untuk sepeda motor, kalau mobil belum bisa,” tutur Juwarta, warga RT 005/RW 003, Dukuh Kawengen, ketika ditemui wartawan di lokasi, Jumat.

Advertisement

Tertutupnya akses jalan tersebut, diakui Juwarta cukup menyulitkan warga. Terlebih karena jalan itu merupakan satu-satunya akses jalan menuju pusat desa dan kecamatan.

“Warga, termasuk anak-anak yang mau berangkat atau pulang sekolah ya susah karena jalannya cuma satu ini, tidak ada jalan lain menuju desa atau kecamatan,” terangnya.

Hal senada dikemukakan warga lainnya, Tarsih, 40. Tarsih mengaku dirinya bahkan takut jika harus melewati timbunan material longsoran itu.

Advertisement

Simak berita terkait di: http://digital.solopos.com/file/15032013/

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif