Pengelola Program KPA Solo, Tomi Prawoto, saat ditemui wartawan di Balaikota, Jumat (15/3/2013), mengatakan jumlah penyebaran HIV-AIDS di Soloraya terhitung cukup tinggi. Oleh karena itu, pihaknya terus menyiapkan langkah untuk mengantisipasi penyakit berbahaya tersebut.
“Kami terus menggiatkan sosialisasi di tingkat RT, RW dan kelurahan,” ujarnya.
Tomi memaparkan, target millennium development goals (MDG’s) 2015 menargetkan 90% penduduk Solo mengetahui informasi HIV-AIDS. Untuk menggapai hal tersebut, pihaknya melebarkan jangkauan sosialisasi. Lingkungan pendidikan, imbuhnya, akan lebih diseriusi dalam penyampaian soal AIDS.
“Kami menyasar masa orientasi siswa baru, mulai jenjang sekolah hingga kuliah.”
Selain sosialisasi, infrastruktur kesehatan untuk menangani HIV-Aids pun terus ditingkatkan. Tahun ini Pemkot melaukan penambahan klinik VCT dan penyiapan tenaga konsultan di 17 Puskesmas di Solo. Sekretaris I Tenaga Penuh Waktu KPA Solo, Harsojo Soepodo, mengklaim ketujuhbelas puskesmas telah menyatakan kesanggupannya menyediakan dokter untuk sosialisasi.
“Sementara penambahan klinik VCT ada di RSUD Ngipang. Sebelumnya hanya ada di RS dr Oen Kandangsapi dan RS dr Moewardi Jebres.”
Dia menambahkan, penanganan medis penderita HIV-AIDS juga dipusatkan di empat puskesmas yakni Puskesmas Manahan, Puskesmas Sangkrah, Puskesmas Setabelan dan Puskesmas Kratonan. Lebih lanjut, pihaknya berencana menyeriusi keterlibatan masyarakat dalam program Warga Peduli AIDS (WPA). KPA, imbuhnya, menargetkan pembentukan WPA di lima kecamatan dan 51 kelurahan di Solo.
“Rencananya April WPA di 51 kelurahan akan dideklarasikan. Harapannya seluruh warga beridentitas Solo peduli HIV-AIDS dan mau aktif dalam kegiatan penanggulangan,” katanya.