Soloraya
Senin, 11 Maret 2013 - 21:53 WIB

TAWUR AGUNG: Mengharap Kerukunan di Candi Prambanan...

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Berderet tenda yang dibentuk letter U terpasang di Pelataran Candi Prambanan, Senin (11/3/2013) pagi. Tenda yang berada di sebelah utara ditata kursi-kursi khusus untuk tamu undangan. Tenda di sisi timur disediakan bagi umat Hindu peserta Tawur Agung Kesanga Tahun Baru Saka 1935 tersebut. Di bagian barat pelataran berderet sesajian diletakkan bersama dengan dua gunungan, lanang dan wadon. Di bagian tengah pelataran juga dipasang tenda yang digunakan para pendeta untuk memanjatkan doa. Sedangkan enam ogoh-ogoh yang merupakan simbol kekuatan jahat diletakkan sejajar dengan sesajen di sisi barat pelataran.

Pengisi acara terlihat tengah bersiap. Panitia pun tampak sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan saat pelaksanaan Tawur Agung. Sedangkan turis domestik maupun manca negara sibuk memotret segala aktivitas yang ada di pelataran candi tersebut.

Advertisement

Pagi itu, gerimis mengguyur kompleks Candi Prambanan. Walau demikian tak menyurutkan semangat peserta tawur agung maupun wisatawan. Sekitar pukul 09.00 WIB dimulai ritual Mendak Tirta. Ritual ini dilakukan sebelum acara Tawur Agung.

Arak-arakan yang terdiri dari umbul-umbul, senjata mawa sanga, gunungan, ogoh-ogoh dan gamelan berangkat dari Pelataran Candi Prambanan menuju Candi Dewa Siwa. Setibanya di depan candi, peserta ritual yang membawa umbul-umbul, senjata dan gamelan memasuki kompleks candi. Sedangkan gunungan dan ogoh-ogoh berada di luar kompleks.

Rombongan tersebut kemudian menuju Candi Dewa Siwa untuk melaksanakan ritual Mendak Tirta. Di dalam candi sudah siap rombongan yang membawa air yang akan disucikan. Rombongan tersebut kemudian mengelilingi Candi Siwa searah jarum jam dan sebanyak tiga kali. Selesai berkeliling, air tersebut disucikan dan dibawa kembali ke pelataran candi.

Advertisement

Di pelataran, rombongan disambut dengan Tari Rejang Dewa. Perayaan Tawur Agung kali ini bertema Dengan Persaudaraan Kita Bangun Kebersamaan.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Mayjen TNI (Purn) SN Suwisma, menuturkan pada Tawur Agung Kesanga ini diharapkan manusia dapat menyelaraskan antara spiritual dan sosial sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik.

“Dengan menghentikan kegiatan yakni amati karya [tidak bekerja], amati lelungan [tidak bepergian], amati geni [tidak menyalakan api] dan amati lelanguan [tidak bersenang-senang], kontemplasi atau instropeksi diri menjadi lebih khusuk. Jadi diharapkan ada pembersihan jiwa untuk menjadi lebih baik, bertakwa dan bisa mengabdikan kehidupan bagi sesama, bangsa dan agama,” ungkap Menteri Agama, Suryadharma Ali, saat ditemui wartawan seusai memberi sambutan pada acara Tawur Agung di Pelataran Candi Prambanan, Senin.

Advertisement

Seusai ritual Mendak Tirta, acara dilanjutkan dengan Tawur Panca Kelud Yama Raja. Ritual ini dimulai dengan doa yang dipimpin lima pendeta, yakni Ratu Bhagawan Putra Manuaba, Ida Pandita Sira Mpu Putra Giri Natha, Ida Pedanda Gde Sebali Tianyar Arimbawa, Ida Pedanda Gede Purwa Gautama dan Ida Pedanda Gde Putra Dalem Ketinen. Setelah itu, dilanjutkan dengan sendra tari Mencari Tirta Amerta dan diakhiri dengan mengarak ogoh-ogoh.

Keenam ogoh-ogoh tersebut dibuat oleh mahasiswa Hindu dari berbagai universitas di Yogyakarta. Ogoh-ogoh tersebut merupakan replika buta yang melambangkan kekuatan jahat. Dalam mengarak pun, pengarak berlari kesana kemari sambil mengangkat tinggi ogoh-ogoh tersebut. Sementara itu, sepuluhan ribu umat Hindu dari berbagai daerah, memadati acara Tawur Agung tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif