Khazanah
Jumat, 1 Maret 2013 - 13:30 WIB

Nikah Dini Tetap Jadi Kontroversi

Redaksi Solopos.com  /  Tim Solopos  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Salah satu kegiatan Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA) Benih yakni Sekolah Ibu Mengasuh Anak (Simak), di Sangkrah, Pasar Kliwon, Rabu (27/2/2013). Sekolah itu untuk mempersiapkan calon ibu.

Pilihan untuk menikah dini disadari Dyah dengan kesiapan mental. Enam bulan setelah lulus SMA, warga Salatiga ini menikah dengan seorang pria yang masih terhitung tetangga. Dyah saat menikah berusia 18 tahun dan suaminya hanya terpaut empat tahun.

Advertisement

“Saya nikah biar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” tutur dia, Kamis (28/2/2013). Seusai menikah, ia tinggal di rumah orangtua. Suaminya yang lulusan SMA sudah berpenghasilan namun belum memiliki pekerjaan tetap. Kebutuhan rumah tangganya masih ditopang oleh orangtua.

Tak berapa lama, buah hati pun hadir. Ia harus membagi waktu antara kuliah S1 dengan mengasuh bayi. Untung, katanya, masih ada ibu yang membantu mengasuhnya. “Sama neneknya. Saya kuliah ke kampus, selesai langsung pulang,” ujar dia. “Itulah [nongkrong] yang tidak pernah saya alami semasa kuliah.”

Advertisement

Tak berapa lama, buah hati pun hadir. Ia harus membagi waktu antara kuliah S1 dengan mengasuh bayi. Untung, katanya, masih ada ibu yang membantu mengasuhnya. “Sama neneknya. Saya kuliah ke kampus, selesai langsung pulang,” ujar dia. “Itulah [nongkrong] yang tidak pernah saya alami semasa kuliah.”

Ia mengaku memang berat saat pertama berumah tangga. banyak hal baru yang mesti ia hadapi. Namun ia tak sendiri, ada orangtua dan keluarga yang turut membantu dan memberi solusi. Ia merasakan hal ajaib dalam urusan ekonomi keluarga. “Saat ada butuh, selalu ada saja rezeki,” katanya.

Bukan tanpa alasan Dyah menikah dini. Ia melakukan demi anak keturunannya. Ia ingin saat melihat anak-anaknya, bahkan cucunya kelak, masih dalam usia relatif muda. “Selisih usia sama anak tidak beda jauh,” kata dia.

Advertisement

Saat ini, ia bersama suami dan anak yang sudah berusia tujuh tahun menempati rumah mertua yang sudah kosong. “Saya dan suami sudah punya kerja tetap,” imbuh dia. Kehidupannya pun sudah cukup mapan.

Fenomena menikah muda sempat mencuat ke publik saat psikolog dari UI, Sarlito Wirawan, mengeluarkan gagasan untuk mengampanyekan pernikahan dini pada 1983. Melalui tulisannya berjudul Kita Galakkan Perkawinan Remaja? Ia mengemukakan bahwa pernikahan dini merupakan pilihan terbaik untuk menciptakan pergaulan yang baik dan sehat.

Dalam tulisan itu, ia menggambarkan fenomena hamil di masa pacaran yang tidak hanya satu dua kasus, melainkan banyak kasus di kalangan remaja.

Advertisement

“Remaja-remaja ini memang mungkin mempunyai libido (dorongan seks) yang lebih besar dari rata-rata remaja lainnya. Tetapi besarnya libido itu bukanlah kemauan mereka sendiri melainkan faktor-faktor fisiologis dan genetis dalam hal ini lebih banyak peranannya. Mungkin berbeda dari rata-rata remaja lainnya, dan remaja yang kita permasalahkan ini kebetulan mendapatkan pasangan (pacar) yang serius dan tambah lama tambah serius sehingga menjurus kepada hubungan intim. Lama-kelamaan pertahanan mereka (iman ataupun agama) jebol juga karenanya,” demikian petikan tulisan yang diunggah di grup yahoo.com.

Penulis buku kondang Fauzil Adhim pun menuturkan tak ada masalah dengan pernikahan dini. Dalam bukunya Indahnya Pernikahan Dini ia menuturkan pengalamannya yang menikah saat masih kuliah.

Ia mendapati banyak manfaat yang dapat diraih. “Menikah akan membuat hidup kita lebih berarti. Banyak orang yang merasa hidupnya tidak memiliki arah yang pasti, menemukan maknanya setelah menikah. Menikah menjadikan hidup tidak terasa hampa,” tulis Adhim.

Advertisement

Namun, ada juga yang melihat secara negatif pernikahan dini. Apalagi melihat batasan umur yang tertuang dalam revisi UU No 1/1974 tentang Perkawinan. Dalam UU itu, batasan menikah untuk perempuan 16 tahun dan laki-laki 19 tahun. Mereka yang berusia 16 tahun atau 19 tahun dianggap terlalu muda untuk menikah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif