Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Kemunculan gunung ini didahului suara gemuruh dari dalam tanah selama tiga pekan yang didengar oleh warga di Desa Paricutin. Tiba-tiba pada 20 Februari 1943 muncul rekahan di ladang jagung milik seorang petani setempat, Dionisio Pulido. Rekahan itu kemudian terus menyemburkan debu dan batu. Gunung berapi itu lantas terbentuk dalam waktu singkat.
Dalam sepekan gunung itu sudah mencapai ketinggian setara bangunan lima tingkat, dan menelan Desa Parícutin dan San Juan Parangaricutiro. Setelah setahun, fase pertumbuhan gunung itu melambat dan gunung itu pada akhirnya memiliki ketinggian 336 meter. Di tahun 1952, saat gunung itu benar-benar berhenti beraktivitas, ketinggian akhi8r yang dicapainya adalah 424 meter.