Rombongan pelayat yang memakai pakaian serba hitam tersebut langsung masuk dan menuju ke lokasi pemakaman yang telah disediakan petugas makam.
Perlahan-lahan, peti jenazah Diana Oktaviana, 17, perempuan korban pembunuhan yang ditemukan meninggal di parit sawah Dukuh Jetis, Menuran, Baki, dikeluarkan dari ambulans.
Tanpa dikomando pelayat pun langsung mendekat dan mengelilingi pusara terakhir Diana. Kesedihan dan kehilangan tampak tergambar di wajah mereka.
Pemakaman tersebut tidak dihadiri ibu dan buah hati Diana, Claudia Cahaya Lintang, 8 bulan. Menurut salah satu kerabat, Anik Handayani, 46, ibu Diana, Sugihwati, tidak bisa hadir karena masih syok.
“Ibunya tidak ikut mengantar ke sini [makam]. Tadi waktu di rumah dia [Sugihwati] pingsan. Kalau anaknya kan masih kecil jadi memang tidak diajak,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam pemakaman terlihat sang ayah, Hari Prasetio; suami, Firman dan sang kakak, Hendro. Di mata Anik, Diana merupakan orang yang baik. “Semua sayang sama Diana jadi kami merasa kehilangan,” ujarnya.
Sedangkan sang kakak, Hendro, mengaku kaget saat mendapat kabar kematian adiknya tersebut. Dia mendapat kabar kematian Diana pada Senin (11/2) sore. Begitu mendapat kabar, Hendro langsung bersiap pulang ke Solo dari Jakarta.
Hendro mengatakan jarang berkomunikasi dengan Diana. Menurut dia, terakhir bertemu adalah saat lebaran dua tahun yang lalu. Dan selama tidak bertemu jarang telepon atau SMS. Hal ini karena mereka merupakan saudara tiri. Walau begitu, dia mengaku sangat kehilangan.
“Kami berharap pelaku segera ditemukan dan permasalahan ini menjadi jelas,” terangnya.