Tokoh
Selasa, 12 Februari 2013 - 12:45 WIB

Basuki Teguh Yuwono: Dari Keluarga Spiritualitas Jawa

Redaksi Solopos.com  /  Tim Solopos  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Suharno. (FOTO/Istimewa)

Basuki Teguh Yuwono barangkali tak menyangka bahwa dirinya saat ini bakal menjadi seorang empu kelas dunia. Suharno, ayah Basuki, menuturkan Basuki kecil sebenarnya gemar melukis di kanvas. Namun entahlah, tiba-tiba saja Suharno merasa kurang nyaman dengan kegemaran anaknya nomor dua dari tiga bersaudara itu. “Saya merasa pelukis itu dunia aneh,” kata Suharno.

Advertisement

Setamat SMA, Suharno lantas memasukkan Basuki di Jurusan Kriya Kayu Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Perlahan, Basuki mulai menemukan dunia barunya. Di sana, Basuki berproses kreatif. Ia bahkan jarang pulang ke rumah lantaran kesibukannya menekuni dunia barunya di ISI. “Sesekali, saya tengok ke tempat indekosnya di sekitar kampus. Dia sering diajak para dosen keluar Solo untuk melakukan penelitian,” jelas Suharno, Kamis (7/2).

Bakat dan kecerdasan Basuki di bidang seni kriya memang terlihat sejak kuliah. Ia kerap mendapatkan beasiswa. Bahkan, ketika lulus kuliah, tak selang lama ia langsung ditarik sebagai dosen di ISI. “Karena banyak keluarga yang mendukung, akhirnya cita-cita Basuki untuk bikin museum keris terwujud,” katanya.

Di balik perjuangan itu semua, Suharno masih menyimpan satu cerita tentang masa lalu keluarga Basuki. Menurut Suharno, kakek mereka adalah seorang pencinta spiritualitas  Jawa yang jadi musuh Belanda. Karena sering dikejar-kejar Belanda, kakek Basuki lantas memilih menyepi di sebuah Desa Wonosari, Gondangrejo, Karanganyar yang kini disulap menjadi museum keris. “Jadi, darah keluarga kami adalah pencinta spiritualitas Jawa,” paparnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif