News
Rabu, 6 Februari 2013 - 12:55 WIB

INDUSTRI PENERBANGAN Tumbuh Pesat, Infrastruktur dan Kebijakan Belum Bisa Mengimbangi

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Aktivitas di Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu. Pesatnya pertumbuhan jasa penerbangan di kawasan Asia Pasifik ternyata belum terimbangi oleh penyediaan infrastruktur dan pelayanan yang memadai. (JIBI/Bisnis Indonesia/Andi Rambe)

Aktivitas di Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu. Pesatnya pertumbuhan jasa penerbangan di kawasan Asia Pasifik ternyata belum terimbangi oleh penyediaan infrastruktur dan pelayanan yang memadai. (JIBI/Bisnis Indonesia/Andi Rambe)

JAKARTA — Kepercayaan diri terhadap proyeksi tingginya lonjakan penumpang angkutan udara di Asia Pasifik dalam 10 tahun mendatang dinilai belum sejalan dengan kesiapan pemerintah dan operator bandara untuk mengakomodasi hal itu.
Advertisement

K Ajith, analis UOB Kay Hian Research Ltd di Singapura, mengatakan kini sekitar 50 maskapai penerbangan bertarif murah atau low cost carrier (LCC) bersaing dengan maskapai penerbangan layanan penuh (full services) guna mendorong peningkatan pangsa pasar di Asia Pasifik. Namun tingginya rasa optimis terhadap tingginya lonjakan penumpang di Asia dalam 10 tahun mendatang itu dinilai belum sejalan dengan kesiapan bandara di Asia.

“Pertumbuhan angkutan udara sudah jauh lebih besar dari apa yang dibayangkan oleh pemerintah atau stakeholders. Infrastruktur tertinggal, bergerak sangat lambat,” kata K Ajith. Dia mengatakan maskapai penerbangan bertarif murah di Asia optimistis terhadap lonjakan penumpang itu seiring dengan upaya maskapai dalam menambah hingga 750 pesawat baru dalam satu dekade mendatang.

Scoot, maskapai murah milik Singapore Airlines Ltd dan Jetstar Airways Pty, maskapai milik Qantas Airwayss Ltd adalah dua di antara persaingan antara maskapai tersebut. Keduanya diketahui sudah memesan pesawat senilai hingga sekitar US$47 miliar dari Boeing Co (BA) dan Airbus SAS dengan jadwal pengiriman dalam 10 tahun ke depan. Mestinya, katanya, dengan data bahwa penerbangan murah yang mengamankan sekitar seperempat pangsa pasar angkutan udara di Asia dalam satu dekade terakhir, pemerintah dan operator bandara di seluruh Asia harus membangun bandara baru, landasan pacu baru, dan parkir pesawat.

Advertisement

Dia mengungkapkan data International Air Transport Association yang menyatakan Asia diperkirakan menangangi 33% penumpang angkutan udara global pada 2016, sedangkan analisis dari HSBC Holdings Plc mengungkapkan empat dari lima bandara di Asia beroperasi di atas kapasitasnya. Meski demikian, dia menilai sejumlah negara di Asia sudah merespons hal tersebut seperti Indonesia, Thailand, dan Singapura karena pemerintahan negara tersebut sudah mengumumkan sejumlah bandara baru.

Data Kementerian Perhubungan menunjukan pemerintah akan membangun 24 bandara baru kelas menengah dalam periode 2013—2014. Dari jumlah itu 10 bandara ditargetkan beroperasi 2013 dengan nilai investasi Rp1,49 triliun dan 14 bandara beroperasi pada 2014 dengan investasi Rp1,73 triliun.

Direktur Utama Mandala Airlines Paul Rombeek seperti dalam wawancara Bloomberg, mengatakan sejumlah masalah besar dan penting di Indonesia adalah infrastruktur, slot penerbangan yang tepat, mendapatkan hak akses bandara, dan hak akses atas pilot. “Sehingga semua orang berjuang untuk mendapatkan itu karena terbatas,” kata Rombeek.

Advertisement

Dia mengatakan maskapai bertarif murah milik Tiger Airways Ltd dan Saratoga itu juga memulai penerbangannya pada 04.30 pagi hari dari Jakarta karena perseroan tak mendapatrkan slot penerbangan pada hari itu. “Pesawat juga tidak bisa balik lagi sampai setelah pukul 8 malam karena ada kongesti,” katanya. Chief Ececutive Adviser Cebu Air (CEBU) Inc Garry Kingshott mengatakan maskapai saling bersaing karena adanya keterbatasan di Manila misalnya soal slot penerbangan dari Beijing ke Tokyo seiring dengan infrastruktur bandara yang justru tak sejalan dengan permintaan yang tinggi.

Berdasarkan data CAPA Centre for Aviation, konsultan industri penerbangan, pangsa pasar maskapai penerbangan full services di Asia Pasifik naik 24% pada tahun lalu dari 1,1% pada 2001.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif