Tak hanya di mata rekannya, Oesman di mata mahasiswa yang menjadi muridnya juga dikenal sangat dekat dan rendah hati. Priyanto, mahasiswa pascasarjana UNS Solo, bahkan menyebut Oesman sebagai pendekar filsafat. Kejernihan pemikirannya, kata mahasiswa pascasarjana jurusan linguistik ini, barangkali susah dicarikan tandingannya di UNS. “Meski rendah hati, Pak Oesman itu tipe orang yang kritis dan kerap menggugat kemapanan,” jelasnya.
Pernah suatu ketika Oesman mempertanyakan peringkat teratas UNS di jagad kampus di Indonesia. Di hadapan para mahasiswanya kala itu, kata Priyanto, Oesman mendadak nyeletuk. “Kampus peringkat satu itu apa paramaternya. Kalau peringkat teratas di Ngoresan, mungkin iya,” kata Priyanta menirukan ucapan Oesman kala itu yang seketika disambut gelak tawa mahasiswanya.
Untuk ukuran seorang dosen filsafat, lanjut Priyanto, gaya penyampaian Oesman yang terbuka, menukik ke jantung persoalan dan mudah dipahami bukanlah sesuatu yang sulit. Oesman adalah pendidik sekaligus teman diskusi mahasiswa dalam mengurai filsafat. “Jarang ada dosen yang menguraikan penjelasan filsafat dengan sangat mudahnya. Dan itu dimiliki oleh Pak Oesman,” paparnya.