Soloraya
Selasa, 29 Januari 2013 - 08:31 WIB

Pemberantasan Hama Tikus di Boyolali Belum Optimal

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Tri Rahayu/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (Tri Rahayu/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI–Berbagai upaya dilakukan kalangan petani untuk memberantas hama tikus yang menyerang lahan pertanian mereka. Namun hingga kini, belum membuahkan hasil optimal.

Advertisement

Salah seorang petani di Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Harto, 61, saat ditemui wartawan di sela-sela aktivitasnya, awal pekan kemarin, mengakui para petani cukup kewalahan dengan serangan hama tikus. Meskipun berbagai langkah untuk membasmi hewan pengerat itu sudah dilakukan, sebagian petani tak bisa memanen padi garapannya secara optimal.

“Gropyokan massal sudah. [Pembasmian] sendiri juga sering. Tapi masih ada saja [serangan hama tikus],” tutur Harto.

Ditambahkan Harto, tikus-tikus itu tidak hanya menyerang tanaman padi muda, namun juga padi yang berbulir. “Kalau dulu, yang diserang paling hanya tanaman bagian tengah. Tetapi kini bagian pinggir pun juga ikut disikat,” ungkapnya.

Advertisement

Sementara petani lainnya, Adri, 35, mengaku pernah berupaya membasmi hama itu dengan cara menerapkan pola tanam jajar legawa yang sudah diperbaharui.  ”Kalau biasa tanam jajar legawa ini setiap tiga baris diberi jarak sebaris, ini saya lebarkan jaraknya menjadi dua baris. Cara itu bisa mengurangi tingkat serangan,” terangnya.

Selain itu, dirinya juga harus rajin membersihkan pematang dari rumput liar maupun mengalirkan air yang menggenang di sawah. Diungkapkan dia, petani di wilayahya pernah mendapatkan bantuan mercon asap dari dinas terkait. Sayangnya, bantuan itu terbatas sehingga tidak semua petani bisa memperolehnya dan penanganan terhadap hama itu tidak optimal.

Akibat serangan hama tersebut, Harto yang selaku petani penggarap merugi karena tak bisa memanen padinya secara maksimal.  ”Biaya sudah keluar sekitar Rp1 juta tapi padi saya tidak bisa dipanen. Padahal kalau bisa panen, saya bisa mendapat separuh bagian. Setelah ini saya kembalikan saja tanah garapan kepada pemiliknya,” katanya.

Advertisement

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Dispertanbunhut) Boyolali, Bambang Purwadi mengakui masih adanya serangan hama tikus di wilayahnya. Pihaknya juga mengaku sudah memberikan bantuan obat pembasmi hama tikus. Namun pihaknya juga mengakui pemberantasan hama tikus relatif sulit.

”Salah satu faktor karena petani enggan menerapkan pola tanam serempak sehingga siklus hama tidak terputus,” kata Bambang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif