PORT SAID – Setidaknya 32 orang tewas pada Sabtu di Port Said, Mesir, setelah terjadinya kerusuhan sebagai reaksi penjatuhan hukuman mati terhadap 21 orang yang dianggap bertanggung jawab atas huru-hara berdarah dalam pertandingan sepakbola.

Petugas keamanan dengan kendaraan lapis baja terus melakukan patroli di jalanan kota pelabuhan itu, sementara suara tembakan masih terdengar sporadis. Kerusuhan ini menjadi salah satu yang paling berdarah dalam sejumlah kerusuhan besar yang pecah sejak penggulingan Presiden Hosni Mubarak dua tahun silam. Kerusuhan ini terjadi menyusul aksi protes menentang Presiden Mohammad Mursi Jumat lalu yang menewaskan sembilan orang.

Kerusuhan di Port Said pecah setelah majelis hakim menghukum mati 21 orang yang dianggap bertanggung jawab atas kematian dalam kerusuhan yang pecah saat pertandingan sepakbola 1 Februari 2012 antara klub lokal Al Masri dan klub tamu Al Ahly Kairo, di mana sebagian besar korban tewas adalah fans Al Ahly. Fans Al Ahly sebelum ini sudah mengancam bakal melakukan kerusuhan jika pengadilan tak menjatuhkan hukuman mati terhadap para terdakwa. Keputusan pengadilan disambut gembira oleh fans yang menyaksikan siaran langsung sidang di markas klub itu di Kairo. Namun sebaliknya di Port Said warga marah karena orang-orang dari kota mereka dianggap bertanggung jawab atas kerusuhan berdarah itu.

Kerusuhan terbaru ini menjadi tambahan tantangan bagi Presiden Mursi yang sejak berkuasa sudah menangguk banyak kerusuhan oleh berbagai sebab. Jumat lalu, pengunjuk rasa penentang Mursi beraksi untuk memperingati dua tahun terjadinya aksi demo besar-besaran 25 Januari 2011 yang membuat Presiden Hosni Mubarak terguling 18 hari kemudian.

Berita Terkait

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif