Khazanah
Jumat, 25 Januari 2013 - 13:30 WIB

TPA Bangkit Lagi!

Redaksi Solopos.com  /  Tim Solopos  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Abdul Wahab. (FOTO/Istimewa)

Abdul Wahab. (FOTO/Istimewa)

Ada peristiwa menarik yang terjadi akhir tahun lalu. Dengan berbekal dana yang minim, tujuh acara akbar tergekar sekaligus. Desember lalu, di Soloraya digelar kegiatan mendongeng yang diikuti 21.000 peserta santri dari tujuh kota kabupaten.

Advertisement

Semua itu tak lepas dari kontribusi pria muda ini, Abdul Wahab, ketua Lembaga Koordinasi Gerakan TPA/TPQ Soloraya. Untuk menyukseskan acara itu, Abdul Wahab dan timnya harus bekerja ekstra keras. “Menjelang hari H dananya masih kurang setengah, tapi dengan semangat dan doa, Alhamdulillah acara berjalan lancar dan semua tercukupi,” kata dia saat ditemui Espos, belum lama ini.

Untuk menggelar acara itu, ia dan kawan-kawannya harus rela iuran dari kantong sendiri, bahkan tak jarang harus menginap beberapa hari di sekretariat. “Lelahnya terbayar dengan sukses,” ujar pria kelahiran 1988 di Karanganyar ini. Ia pun menyemangati diri dengan janji Allah SWT dalam Alquran Surat Muhammad ayat tujuh. “Barangsiapa menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya dan meneguhkan kedudukannya.”

Selain terjun sebagai aktivis gerakan TPA/TPQ, pria asal Gondangrejo Karanganyar ini juga bergelut di event organizer pameran buku di Solo. “Awalnya saya ingin jadi guru, soalnya orangtua dan kakak juga guru, tapi guru menyita waktu, tidak bisa untuk yang lain,” imbuh pria lulusan bahasa arab Ma’had Abu Bakar UMS ini.

Advertisement

Namun akhirnya, ia lebih memilih bekerja di EO sambil terus bergerak di LKG TPA/TPQ Soloraya. “Waktunya lebih longgar, jadi bisa ikut aktif di LKG,” ujar dia memberi alasan.

Wahab mengaku tergerak aktif di TPA karena selama ini TPA/TPQ seakan mati suri di Soloraya. Ia memberi analisa, ada beberapa sebab, di antaranya kualitas SDM pengajar dan pola asuh orangtua. “Ustadnya lulusan SMA. Bisa mengajar, tapi dia juga harus membagi waktu untuk kerja. Jadi kurang fokus.”

Lebih baik jika tenaga pengajar TPA/TPQ mendapat upah yang pantas dari masjid, sehingga bisa lebih serius sebagai tenaga pengajar. “Selama ini sukarela dan seadanya. Banyak takmir yang juga tidak memberi perhatian cukup ke mereka,” imbuh dia.

Advertisement

Sebab lainnya yakni pola asuh dari orangtua yang kurang mempercayai anaknya belajar mengaji di TPA. “Ini seperti mata rantai. Antara kualitas SDM pengajar, biaya, perhatian dari takmir masjid dan pemerintah,” jelas dia. Jika tamkir lebih peduli dan menggelontorkan dana besar untuk kemakmuran TPA, maka tenaga pengajar akan membekali diri dengan ilmu yang lebih memadai. Berikutnya, orangtua tak segan untuk memasukkan anaknya ke TPA.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif