Umum
Jumat, 25 Januari 2013 - 13:47 WIB

Muhammad

Redaksi Solopos.com  /  Tim Solopos  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Candra Malik. (FOTO/Istimewa)

Candra Malik. (FOTO/Istimewa)

Terimakasih kepada Ibu Aminah yang telah melahirkan anugerah terbesar bagi semesta raya: Muhammad. Bayi cahaya ini tumbuh tanpa ayahnya, Abdullah, tak lama kemudian pun ditinggal wafat ibunya dan tumbuh dengan dua ibu susuan. Lalu tumbuh besar di bawah asuhan kakeknya, Abdul Muthalib dan pamannya, Abu Thalib. Ia akhirnya mekar sebagai cahaya terbesar dalam sejarah manusia.

Advertisement

Muhammad menjelma menjadi sosok berkarakter sangat istimewa. Ia nyata namun seolah mitos: uswatun hasanah, teladan terbaik, yang menjadi patron dari segala contoh kebaikan. Bahkan, setiap muslim diajarkan untuk mengikuti tata cara hidupnya yang diriwayatkan dalam hadits. Gerak-geriknya, ucapannya, perilaku kesehariannya, budi pekertinya yang luhur, bahkan diamnya, dicatat dengan baik oleh perawi yang jumlahnya begitu banyak.
Hadits atau Sabda Rasulullah, diklasifikasikan dari mulai hadits kuat sampai hadist lemah, menurut kelas kapabilitas dan otoritas periwayatnya. Hal-hal yang tidak diucapkan, tidak dikerjakan, dan/atau tidak diajarkan oleh sang pembawa pesan, kemudian dilabeli bid’ah dan menjadi arena perdebatan dan perselisihan, yang seolah tak pernah habis. Bahkan, yang ironis, menjadi bahan kekerasan atas nama aliran keyakinan, mahzab, imam besar, atau entah argumen apa lagi.

Muhammad hidup dengan mata setiap orang yang melihatnya. Nyaris tak ada yang luput dari pandangan umat ketika itu, dan tentu saja: para sahabat yang berada di lingkaran terdekatnya. Sebagai nabiyullah, atau manusia terpilih yang menerima wahyu dari Allah untuk dirinya sendiri, dan sebagai rasulullah, atau manusia terpilih yang menerima wahyu dari Allah untuk dirinya sendiri dan untuk disampaikan kepada umat; Muhammad menyampaikan ayat-ayat Alquran yang diturunkan kepadanya, hadits, dan hadits qudsi, atau firman Allah yang redaksionalnya diolah oleh kearifan Muhammad.

Dari bangun tidur hingga tidur lagi, Muhammad mengajar dan mendidik. Dari persoalan yang seolah remeh-temeh, seperti bersin, menggeliat, hadats besar dan kecil, gosok gigi, tidur; soal-soal sensitif, semisal hubungan suami-istri, sampai hal-hal besar yang menyangkut tema kemanusiaan secara lebih luas, ia memberikan petuah. Entah kapan Muhammad memiliki waktu untuk dirinya sendiri dan menikmati kehidupan privat tanpa siapa pun melihat. Aisyah yang mendampinginya pun tetap memberikan periwayatan.

Advertisement

Kehidupan pribadi, yang benar-benar pribadi, yang tiada manusia lain selain dirinya sendiri, entah kapan dan di mana lagi Muhammad temukan. Ia pernah mendiami kesunyian cukup lama ketika mengasingkan diri di Gua Hira. Berkhalwat dalam gelap yang benar-benar gulita sehingga tak ada mata yang sanggup menembusnya. Muhammad juga pernah seorang diri saja ketika diperjalankan Allah dalam Isra’ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, untuk kemudian Mikraj ke Sidratu ‘l-Muntaha.

Muhammad pun benar-benar sendiri ketika menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas Sidratu ‘l-Muntaha. Tiada lagi yang mengantarkan atau menemani atau menjadi saksi hidup ketika Muhammad melakoni tiga babak terpenting dalam hidupnya itu. Ia terbebas dari mata manusia-manusia yang hidup mengelilinginya. Dan, ketika itu, ketika ia mengalami Isra’ dan Mikraj, Muhammad diperjalankan Allah bukan dalam kedudukannya sebagai nabi, bukan pula sebagai rasul, namun sebagai hamba.

Bila pengalaman itu ditempatkan sebagai pencapaian tertinggi seorang anak manusia, maka inilah pengalaman seorang insan kamil. Seorang manusia paripurna. Dan, ternyata peristiwa itu dialami oleh Muhammad dalam kedudukannya yang paling membumi: hamba dari Tuannya. Memperingati sejarah hidup Muhammad dalam maulid nabi, alangkah baiknya jika manusia belajar tentang bagaimana menjadi seorang hamba. tawadhu, merendahkan hati kepada sesama manusia dan merendahkan diri kepada Allah.

Advertisement

Terimakasih, Ibu Aminah, yang telah melahirkan anugerah terbesar bagi jagat seisinya. Allahumma shalli ‘ala Muhammad.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif