Tokoh
Selasa, 22 Januari 2013 - 10:30 WIB

Wahyu Susilo: Tak di Menara Gading

Redaksi Solopos.com  /  Tim Solopos  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Heri Priyatmoko

Heri Priyatmoko. (FOTO/Istimewa)

Sosok Wahyu Susilo di mata rekan-rekannya bukanlah aktivis lapangan semata. Dia juga memiliki tradisi keilmuan dan intelektual yang mumpuni.

Advertisement

“Dia bukan intelektual di menara gading. Sebaliknya, dia juga bukan sekadar aktivis lapangan tanpa basis keilmuan,” kata pegiat Solo Tempo Doeloe, Heri Priyatmoko, kepada Espos, pekan lalu.

Sejarawan muda Solo ini mencontohkan saat Wahyu mencoba mencari akar persoalan dan penyelesaian masalah TKI, ia memakai pendekatan keilmuan sejarah. Pendekatan sejarah tersebut, menurut Heri, menunjukkan bahwa Wahyu mampu merajut sejarah untuk kepentingan advokasi kaum buruh. “Dia itu mau terjun langsung ke lapangan. Jadi, intelektual yang tak genit,” paparnya.

Selama bergaul dengan Wahyu, Heri mengaku kerap mendapatkan motivasi. Yang menarik, imbuhnya, Wahyu tak pernah melepaskan basis keilmuan sejarah yang ia kuasai dalam setiap gerak langkahnya, termasuk dalam memberikan motivasi kepada adik-adik kelasnya. “Saya banyak belajar juga dari skripsinya tentang advokasi warga pinggiran rel kereta api dari pendekatan sejarah,” tambahnya.

Advertisement

Selain itu, kata Heri, kakak kelasnya itu tipe rekan yang mudah cair dalam pergaulan dan selalu memberikan joke-joke segar. Suasana yang tercipta dalam pergaulan adalah keluwesan tanpa sekat.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif