Umum
Selasa, 15 Januari 2013 - 09:07 WIB

MIMBAR KAMPUS: Pemuda dalam Bingkai Cinta

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tri Hariyanti, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah FKIP UMS

”…cinta adalah pengikat yang paling kuat di dalam hubungan anggota keluarga, kerukunan bermasyarakat, menegakkan keamanan, ketenteraman dan keselamatan

di segala penjuru bumi….”

Advertisement

(Ulwan, 2003)

 

Advertisement

 

Tri Hariyanti, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah FKIP UMS

Kabar pembunuhan Ari Munadi, 20, dengan tersangka Nanang Harjantoro, 20, yang disebut-sebut terlibat cinta segitiga dengan Agnes Wahyu Rachmawati, 21, sebagimana diberitakan SOLOPOS (8/1)  lalu kiranya layak sebagai perenungan bahwa pemuda haruslah memahami hakikat cinta yang sebenarnya. Persoalan cinta di antara pemuda dan pemudi terkadang membawa malapetaka.

Advertisement

Semakin maraknya berita penganiayaan, pemerkosaan, bahkan pembunuhan keji, yang dilatarbelakangi masalah cinta di antara pemuda dan pemudi menimbulkan banyak tafsir. Persoalannya, apakah pemuda masa kini tak mengonstruksi cinta sebagai kekuatan untuk berpikir logis dan menghasilkan karya yang berguna?

Selain itu, apakah pemuda sudah dibutakan oleh cinta sehingga ia melakukan tindakan di luar akal sehat? Mayoritas pemuda memang mendapatkan konsep pengertian cinta yang berbeda-beda, tetapi bukan berarti perbedaan mengenai hakikat cinta yang telah dipahami masing-masing personel membawanya pada jurang kesesatan.

Mathias (1994) dalam bukunya Membangun Hubungan Antarpribadi Berdasarkan Prinsip Partisipasi, Persekutuan, dan Cinta memberi pengertian cinta sebagai seruan hati. Pengertian cinta, menurutnya, memiliki aspek ganda yakni kepada sesama manusia dan kepada Tuhan.

Advertisement

Cinta kepada manusia menciptakan suasana, memanggil setiap orang untuk membina hubungan pribadi untuk saling mengasihi, bukan menyakiti! Cinta akhirnya justru membuka hati manusia yang terdalam pada sesama, menggugah kesadaran kita agar bahu membahu, tolong menolong untuk mewujudkan perdamaian bukan pertikaian!

Gambaran makna cinta yang dipaparkan di atas cukup memberikan ilustrasi bahwa manusia (pemuda dan pemudi) dalam menghadirkan cinta dalam hidup memiliki kepentingan sosial. Artinya, cinta yang dihadirkan-dimiliki menjadi semacam tali untuk mengikat persaudaraan sesama pemuda dan pemudi maupun masyarakat pada umumnya.

Pemuda harus sadar bahwa menjadi generasi penerus harus dapat memosisikan cinta untuk dapat bermanfaat bagi kemaslahatan diri sendiri maupun orang lain. Cinta itu hadir dan menyentuh dasar keberadaan manusia. Dengan mencintai, kita berarti keluar dari dunia individual kita sendiri dan kemudian bepartisipasi dalam dunia sosial yang ada di luar individu kita.

Advertisement

 

Modal Utama

Di sini tentu kita (pemuda) tidak ingin mengalpakan tugas sebagai manusia sosial. Manusia pencinta yang terus hidup untuk memberi pertolongan bagi sekitar agar terjalin suatu hubungan sosial yang kuat, sehingga dapat bekerja sama secara terus-menerus memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Cinta dapat diartikan menjadi kunci dalam memperkuat rasa persaudaraan di antara sesama. Setidaknya, ada perasaan tak ingin kehilangan yang dirasakan pemuda masa kini terhadap apa yang dimilikinya sekarang, yakni semangat dan harapan.

Knys (2001) dalam bukunya Cinta Muda-Mudi  memaknai cinta sebagai faktor utama di dalam kelanjutan hidup manusia, dalam kenal-mengenal antar mereka, juga untuk saling memanfaatkan kemajuan bangsa. Pemaknaan akan cinta demikian menjadi prasyarat bagi kita (pemuda) untuk terus mengemban tugas, menimba ilmu. Cinta menjadi subjek maupun pelengkap dalam  melengkapi kerja intelektual, spiritual dan sosial kita.

Cinta melengkapi kerja intelektual untuk senantiasa hadir dalam berpikir logis, mendapati ilmu dan menerapkan sesuai dengan kemampuan. Cinta melengkapi kerja spiritual untuk menanamkan keyakinan bahwa manusia sejatinya harus patuh dan tunduk pada  penciptanya serta melindungi diri dari hal-hal yang dilarang agama dan sebagai pelengkap kerja sosial kala manusia menjadi pendamping bagi kehidupan sosial di masyarakatnya.

Cinta inilah yang lantas melahirkan kaum pemuda memiliki sikap humanis dan rela berkorban dalam berbagai kepentingan yang tak hanya terpaut pada diri sendiri, tetapi juga terpaut pada kepentingan lainnya. Terakhir, pemuda tak boleh berpangku tangan dan memaknai cinta sekadar pelengkap kehidupan bersama orang yang disayangi, tetapi lebih dari pada itu. Cinta haruslah mendorong energi positif lainnya.

Cinta harus menimbulkan kepedulian baik dengan individu maupun kelompok sosial (masyarakat). Pemuda dan cinta adalah jalan pembuka kehidupan yang memunculkan berbagai kesempatan membina hubungan sosial demi kemaslahatan bersama.  Pada akhirnya pemuda tak akan buta oleh cinta apabila ia memaknai cinta sebagai modal utama untuk mengenal berbagai macam ilmu pengetahuan yang tersimpan di dalam keindahan alam, kehidupan dan kemanusiaan.

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif