News
Senin, 14 Januari 2013 - 19:27 WIB

Pascasarjana UNS Ditunjuk GIZ Jerman Teliti Dinamika Emisi Solo

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO — Deutsch Gesselschaft fur Internationale Zusammenrbelt (GIZ) Jerman menetapkan Solo dan Palembang menjadi rintisan inventarisasi dinamika emisi kota dari sekitar 460 kabupaten/kota di Indonesia. Untuk itu GIZ menggandeng tim peneliti program pascasarjana Ilmu Lingkungan (PPIL) Universitas Sebelas Maret (UNS) meneliti emisi di Solo.

Ketua PPIL UNS, Prabang Setyono, menjelaskan saat ini pihaknya sedang melakukan riset di lapangan dengan mengambil sampel kondisi emisi di seluruh kecamatan di Solo. Untuk melakukan penelitian itu sebanyak 17 orang dikerahkan untuk turun kelapangan dan meneliti beberapa aspek yang menjadi sumber emisi.

Advertisement

Lebih lanjut Prabang menjelaskan sumber emisi itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu point source seperti sumber emisi yang dihasilkan pedagang kaki lima, area source seperti sumber emisi yang dihasilkan di suatu area misalnya kampus, dan mobile source yaitu sumber emisi yang bergerak seperti alat transportasi.

Inventarisasi emisi itu bertujuan untuk mengontrol kondisi emisi di suatu kota, karena kadar emisi dapat terpantau, jika kadarnya telah melebihi batas maka pemerintah kota harus segera menentukan solusi untuk mengurangi, sedangkan jika kadarnya jauh lebih rendah maka pemerintah kota juga harus mengembangkan metode preventif untuk menghidari peningkatan kadar emisi berlebihan.

Selain itu, untuk menekankan pentingnya inventarisasi emisi, pemerintah sedang merancang Peraturan Pemerintah (PP) yang mewajibkan setiap pemerintah kabupaten/kota untuk menginventarisasi dinamika emisi di daerahnya.

Advertisement

“PP itu akan  berlaku per Desember 2013 dan Solo bisa menjadi kota rujukan penerapan inventarisasi emisi,” jelasnya ketika memberikan keterangan kepada wartawan, Senin (14/1/2013).

Prabang menambahkan mengenai penetapan Solo sebagai rintisan inventarisasi emisi karena posisi Solo yang berada di tengah-tengah pulau Jawa. Selain itu, Solo juga bisa dikatakan sebagai kota besar meski bukan metropolitan.
“Solo kota yang menuju metropolitan. Istilahnya smaller city,” paparnya.

Penelitian yang dimulai sejak Desember 2012 dan dijadwalkan selesai Februari itu akan dipresentasikan di hadapan GIZ dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada Maret mendatang.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif