Soloraya
Senin, 14 Januari 2013 - 19:33 WIB

17 Kecamatan di Wonogiri Rawan Angin Topan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

WONOGIRI — Warga di 17 kecamatan di Wonogiri diminta waspada terhadap bencana angin topan yang belakangan sering terjadi. Sementara itu, selain merusak rumah, bencana tersebut juga membuat 30-an pohon pinus di wilayah Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (Asper BKPH) Lawu Selatan tumbang.

Kepala Bidang (Kabid) Linmas, Suwarso, mewakili Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Wonogiri, Gatot Gunawan, saat dihubungi Solopos.com, Senin (14/1/2013), mengatakan 17 kecamatan masuk kategori rawan angin kencang. Tujuh belas kecamata itu adalah Kecamatan Eromoko, Manyaran, Purwantoro, Bulukerto, Girimarto, Jatipurno, Jatiroto, Jatisrono, Kismantoro, Ngadirojo, Paranggupito, Puhpelem, Selogiri, Sidoharjo, Slogohimo, Tritomoyo dan Wonogiri. Tiga di antara 17 kecamatan tersebut, yakni Eromoko, Purwantoro dan Manyaran, bahkan telah mengalami bencana angin kencang, Kamis (10/1/2013).

Advertisement

Suwarso menjelaskan data 17 kecamatan rawan angin kencang tersebut didasarkan fakta selama beberapa tahun terakhir.

“Untuk angin topan, 17 kecamatan di Wonogiri masuk kategori rawan. Karenanya, kami minta warga waspada. Jika ada angin kencang sebaiknya berlindung di tempat yang aman,” ungkap Suwarso.

Dia menambahkan kerugian yang dialami masyarakat akibat bencana angin kencang memang tidak sebesar tanah longsor. Namun, bencana tersebut termasuk sering terjadi. Sebagai gambaran, sepanjang 2012, kerugian akibat bencana angin topan mencapai Rp1,2 miliar dengan 47 kejadian. Sedangkan tanah longsor selama 2012 terjadi 50 kejadian dengan nilai kerugian Rp3 miliar. Berdasarkan fakta tersebut, Suwarso menegaskan masyarakat harus waspada.

Advertisement

Sementara itu, Asper BKPH Lawu Selatan, Sulhadiyanto, dihubungi terpisah, Senin, melaporkan 30-an pohon pinus di kawasan Setren Girimanik, Slogohimo, tumbang akibat angin kencang. Usia pohon pinus itu bervariasi. Ada pohon yang ditanam tahun 1951, tahun 1975, dan ada pula ditanam tahun 1977. Bencana angin kencang sempat membuat Sulhadiyanto memutuskan menutup kawasan wisata Setren Girimanik selama empat hari. Namun, pada Senin (14/1/2013), kawasan wisata tersebut kembali dibuka.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif