Umum
Jumat, 11 Januari 2013 - 12:30 WIB

Cermat Sajikan Menu Halal di Meja Makan

Redaksi Solopos.com  /  Tim Solopos  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Djoko Raharjo dan istrinya menikmati makan siang di rumahnya, di Serengan, Solo, Rabu (9/1/2013). Untuk berbelanja bahan makanan, mereka memiliki pedagang langganan yang dipercaya.

Djoko Raharjo dan istrinya menikmati makan siang di rumahnya, di Serengan, Solo, Rabu (9/1/2013). Untuk berbelanja bahan makanan, mereka memiliki pedagang langganan yang dipercaya.

Djoko Raharjo dan istrinya menikmati hidangan makan sambil lesehan di rumahnya, di Jayengan, Serengan, Solo, Rabu (9/1). Suasana di rumah itu tak terlalu ramai.

Advertisement

“Kalau siang pada kerja. Malam biasanya ramai,” kata istri Djoko, Faridah, 53 tahun.

Beberapa waktu lalu, masyarakat diributkan dengan pencampuran daging babi dan daging sapi pada bakso. Kasus itu membuat masyarakat khawatir dengan kualitas makanan yang mereka konsumsi apakah halal atau tidak. Apalagi, orang awam tidak mengetahui bagaimana standar makanan yang sesuai syariat.

Walau kasus daging sapi dicampur daging babi menyeruak, Djoko, 57, mengaku tidak risau dengan kualitas makanan yang ia dan anggota keluarganya konsumsi. Ia memiliki cara tersendiri untuk meminimalisasi barang haram masuk ke keluarga tersebut. “Kalau beli daging sapi atau ayam, saya beli ke pedagang yang sudah dipercaya. Saya tahu dia muslim dan alim,” kata dia.

Advertisement

Penting bagi dia untuk mengetahui kondisi daging tersebut untuk menghindari kualitas daging yang buruk seperti ayam tiren (mati kemaren), mengandung formalin atau sapi gelonggongan. “Kalau pedagangnya libur, ya libur makan daging. Ganti menu lain,” imbuh Faridah. “Pokoknya sudah fanatiklah, sudah percaya ya sama satu pedagang,” tambahnya.

Selain itu, saat membeli kebutuhan makan lainnya, Djoko dan Faridah memiliki warung langganan, seperti warung soto, warung bakso dan ayam goreng. “Kalau di Solo, ya itu-itu saja. Sudah tahu pedagangnya kaya apa, muslim, baik, insya Allah menunya juga sehat dan halal.”

Saat keluar kota, ia juga memilih makanan yang baik dan halal. “Itu sudah konsekuensi kami sebagai muslim, harus hati-hati soal makanan. Meski enak, kandungan gizi tinggi tapi kalau tidak halal? Cari yang lain, kan, masih banyak yang enak-enak dan halal,” jelas Djoko.

Advertisement

Keluarga lainnya, Nurlia, 31, warga Sogaten, Pajang, Laweyan, Solo juga berhati-hati dalam mengonsumsi makanan. Bukan asal enak dan bergizi tapi juga harus halal. Ia percaya makanan halal berdampak besar bagi kualitas kesehatan keluarga.

Saat berbelanja kebutuhan rumah tangga di pasar, banyak pedagang yang menjajakan daging dengan harga lebih murah daripada harga pasar. Hal itu patut diperhatikan dan dicermati kualitas makanannya. “Pasti saya cek dulu daging ayamnya. Kalau memar, warnanya tidak fresh, itu biasanya bangkai. Cari yang segar,” tutur Nurlia.

Nurlia mempunyai pengalaman masuk ke sebuah rumah makan. Di rumah makan itu tersaji aneka menu halal. Tak lama kemudian ia melihat ada menu haram yang juga dijajakan. “Lihat ada menu itu [babi], saya langsung keluar, enggak jadi makan. Meski beda, siapa tahu minyaknya, peralatannya campur-campur.”

Untuk itu, ia punya tips sebelum masuk ke RM, perlu melihat situasi pelanggan. Misalnya apakah ada pelayan atau pelanggan perempuan yang berjilbab. Selain itu, jangan malu untuk bertanya selain menyajikan makanan halal, apakah RM tersebut juga menghidangkan menu haram.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif