News
Rabu, 9 Januari 2013 - 16:30 WIB

Tragedi Pembunuhan Abraham Lincoln (Bagian VIII): Booth dan Powell Terkepung

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Lukisan yang menggambarkan Booth yang terluka setelah ditembak oleh Sersan Boston Corbett. Booth kemudian tewas di tempat. (http://lisawallerrogers.wordpress.com)

Rumah pertanian milik Richard Garrett, tempat Booth yang mengaku sebagai bekas tentara bersembunyi dan beristirahat. (en.wikipedia.org)

Setengah jam sejak kabur dengan naik kuda dari gedung Teater Ford tempatnya menembak Presiden Abraham Lincoln, Booth sudah melintasi perbatasan Kota Washington DC dan memasuki wilayah Negara Bagian Maryland. Salah satu kaki tangannya, David Herold, yang bertugas mengantar Lewis Powell untuk membunuh Menteri Luar Negeri William H Seward di rumahnya, menyusul keluar kota sejam kemudian dan bertemu dengannya.
Advertisement

Setelah mengambil persenjataan dan bekal yang disimpan di wilayah Surattsville, Herold dan Booth mendatangi seorang dokter setempat, Samuel A Mudd, untuk memeriksa kaki Booth yang cedera saat melompat dari balkon tempat duduk Lincoln ke panggung saat kabur. Mudd menyatakan kaki Booth patah dan memasang besi penyangga di kaki. Setelah itu Mudd membuatkan sepasang kruk untuk Booth.

Setelah beristirahat sehari di rumah sang dokter, Booth dan Herold membayar seorang warga setempat untuk memandu mereka ke rumah Samuel Cox, seorang perwira yang bersimpati kepada pemberontakan wilayah Selatan dalam Perang Saudara AS. Cox lantas memerintahkan Thomas Jones membawa Booth dan Herold bersembunyi di kawasan rawa Zekiah Swamp di dekat rumahnya selama lima hari hingga mereka bisa menyeberangi Sungai Potomac.

Siang hari tanggal 24 April 1865, mereka tiba di tanah pertanian milik petani tembakau Richard H Garrett. Kepada Garrett Booth mengaku sebagai mantan tentara Selatan yang terluka yang tengah dalam perjalanan pulang dan meminta izin untuk beristirahat di situ. Garrett pun memberi tempat istirahat di sebuah lumbung.

Advertisement

Selama pelarian itu, Booth menyadari dia sangat kesepian. Harapannya bahwa pembunuhan Lincoln akan disambut gembira warga Selatan dan dirinya bakal dielu-elukan sebagai pahlawan ternyata tak kesampaian. Warga Selatan justru ikut berkabung karena sadar Lincoln adalah tokoh idealis rendah hati yang setia pada prinsip.

Lukisan yang menggambarkan Booth yang terluka setelah ditembak oleh Sersan Boston Corbett. Booth kemudian tewas di tempat. (http://lisawallerrogers.wordpress.com)

Di buku hariannya, Booth mencoba menuangkan perasaan dan alasannya soal kenapa dia melakukan pembunuhan itu. “Aku putus asa. Kenapa? … Aku sudah membunuh tiran terbesar yang pernah ada, tapi mereka semua menganggapku pembunuh biasa. Niatku lebih suci dari siapa pun … Aku tak berharap apa-apa … Aku berjuang demi negeriku, hanya itu. Sebuah negeri yang merintih di bawah tirani itu … yang kini mengulurkan tangan dinginnya untuk menjangkauku … Ini bukan kesalahan, kecuali Tuhan menyatakannya begitu …,” tulisnya.
Advertisement

Booth dan Herold terus tinggal di pertanian Garrett hingga 26 April, saat sepasukan kavaleri berkuda dari kesatuan 16th New York Cavalry tiba di sana. Mereka sebelumnya mendapat informasi soal dua orang yang ciri-cirinya mirip Booth dan Herold yang tinggal di situ. Menjelang fajar 26 April 1865, tentara sudah mengepung tempat itu. Si pemilik pertanian, Garrett, saat ditanya membenarkan ada dua orang yang tinggal di sana. Setahunya, kedua tamunya itu bekas tentara Selatan yang sedang dalam perjalanan pulang, dan salah satunya pincang dan memakai tongkat penopang. Tak salah lagi, si pincang itu Booth dan yang satu lagi Herold. Garrett lantas menunjukkan sebuah gubuk tempat penyimpanan tembakau yang gelap gulita, yang jadi tempat menginap kedua orang itu.

Tentara pun mengepung lumbung itu. Saat tentara meneriaki mereka berdua agar menyerah, Herold patuh, namun Booth menolak. “Aku takkan bisa dipaksa keluar hidup-hidup!” serunya. Mendengar jawaban menantang itu, tentara pun membakar lumbung. Booth mencoba kabur lewat pintu belakang dengan menenteng sepucuk senapan di satu tangan dan pistol di tangan lainnya.

Seorang prajurit bernama Boston Corbett yang mengendap-endap masuk ke belakang lumbung memergoki Booth dan langsung menembaknya. Salah satu kabar menyebut, tembakan Corbett itu mengenai Booth di bagian kepala di lokasi yang nyaris serupa dengan luka tembak yang dialami Lincoln. Booth segera digotong keluar dan dibaringkan dalam kondisi sudah setengah sadar. Seorang prajurit meneteskan air ke mulutnya dan Booth pun berkata, “Katakan pada ibuku aku mati untuk negaraku.” Di tengah sekaratnya, Booth masih menggumam, “Tak berguna … Tak berguna …,” mungkin bicara soal tangan dan kakinya yang sudah terasa lumpuh. Booth tewas dua jam setelah Corbett menembaknya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif