Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Bagi Booth, semuanya jelas, kekalahan ini harus dibalas dengan cara apa pun. Tekadnya makin bulat ketika di Washington dia melihat bagaimana semua orang berpesta pora merayakan kemenangan. Apalagi saat dia melihat Presiden Lincoln melambai-lambai pada massa dari salah satu jendela lantai atas Gedung Putih. “Itu bakal jadi pidato terakhirnya,” gumamnya pada salah satu anggota komplotannya, Lewis Paine.
Tanggal 14 April 1865, kesempatan balas dendam itu datang pada Booth. Saat itu, siang hari, dia mampir di Teater Ford’s untuk menengok kiriman surat. Dilihatnya sejumlah tukang tengah menghias salah satu balkon VIP dengan pita dan bendera Amerika. Dia langsung sadar apa artinya: Presiden bakal datang menonton malam itu! Booth secepat kilat pergi mencari para anggota komplotannya.
Arnold dan O’Laughlen ternyata sudah pulang kampung ke Baltimore, tak berminat lagi pada misi Booth. John Surratt juga sedang pergi entah ke mana. Yang bisa ditemukan Booth hanya Paine, David Herold dan George Atzerodt yang segera dikumpulkannya untuk diberi perintah. Booth tak mau menyia-nyiakan waktu lagi, jadi ketiga rekannya segera diberi tugas besar. Masing-masing harus membunuh tokoh-tokoh utama pemerintahan Lincoln yang dipandang bertanggung jawab atas peperangan yang terjadi.
Begitulah, seperti diceritakan di awal serial ini, Booth sukses menembak Presiden Lincoln di tempat duduk kehormatannya di Teater Ford’s, lantas kabur meski dengan pergelangan kaki terkilir gara-gara jatuh saat melompat dari balkon Lincoln. Namun tak begitu dengan komplotannya yang lain. George Atzerodt yang mabuk berat lebih memikirkan botol minuman keras di tangannya ketimbang tugasnya membunuh Wapres Andrew Johnson. Saat botolnya kosong, dia langsung pergi mencari tempat minum, meninggalkan tugasnya sama sekali.
David Herold sangat senewen saat menuju rumah Menhan Stanton. Dia menguatkan diri, lalu mengetuk pintu. Ternyata, rumah itu kosong. Dirinya makin gugup saat melihat seorang polisi yang berpatroli. Buru-buru Herold ambil langkah seribu.
Lewis Paine lebih “beruntung.” Berpura-pura mengantar obat, dia berhasil masuk ke kamar Menlu Seward dan menikamnya beberapa kali. Untungnya, meski luka cukup parah, Seward tak sampai kehilangan nyawanya.
Setelah kabur dari teater, Booth sampai di tempat pertemuan yang sudah ditetapkan di Jembatan Anacostia. Namun hanya Herold yang muncul dan melaporkan kegagalan misinya. Paine ternyata tersesat saat kabur dari rumah Seward. Jadilah, hanya Booth dan Herold yang kabur berdua. Bagaimana selanjutnya nasib komplotan ini?