News
Minggu, 6 Januari 2013 - 15:57 WIB

KONSUMSI BBM: Kebutuhan Terus Meningkat, Impor Minyak Indonesia 2013 Bakal Membengkak

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/Alby Albahi)

Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/Alby Albahi)

JAKARTA – Pemerintah memperkirakan impor minyak mentah dan Bahan Bakar Minyak (BBM) sepanjang 2013 akan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Advertisement

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Rudi Rubiandini mengatakan besarnya impor minyak mentah dan BBM memang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini karena konsumsi BBM yang memang meningkat terus. Terus meningkatnya impor minyak mentah dan BBM ini merupakan hal yang wajar karena produksi minyak nasionak yang terus turun dan tidak bertambahnya kapasitas kilang milik PT Pertamina (Persero).

“Pasti naiklah, itu kan ekuivalen dengan 45 juta KL (konsumsi BBM subsidi tahun 2012). Kalau pada tahun ini konsumsi naik sampai 50 jt KL kan berarti naiknya 10%, berarti impor juga naik 10%,” kata Rudi. Menurutnya, jika tidak dilakukan penaikan harga BBM serta pembatasan, kuota BBM subsidi memang bisa mencapai 50 juta KL. Rudi menjelaskan, besarnya impor ini dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi, minimnya produksi minyak nasional, dan terbatasnya kapasitas kilang BBM. Sepanjang tahun lalu produksi minyak nasional hanya mencapai 850 ribu barel per hari, sementara jatah pemerintah hanya berkisar 540 ribu bph.

Sementara, total konsumsi BBM nasional mencapai angka 1,4 juta barel ekuivalen per hari sehingga ada selisih 900 ribu barel ekuivalen per hari yang harus ditutup melalui impor. “Kalau tahun ini diperkirakan naik 10 %, ya sekitar 990.000 barel ekuivalen per hari yang harus diimpor,” jelasnya. Untuk menekan besarnya impor minyak dan BBM, lanjut Rudi, tidak ada cara lain selain menaikkan harga BBM subsidi. Menurutnya, belum ada cari lain selain menaikkan harga BBM yang bisa mengetatkan impor.

Advertisement

“Sampai sekarang belum ada perhitungan apa-apa (untuk menyesuaikan harga BBM), ya kita belum bergerak. Tunggu Menteri keuangan, kan pak menteri juga bilang kalau ada hal-hal yang sangat darurat, salah satu kriteria darurat kalau ICP begitu melonjak tinggi, ketika harga minyak dunia melonjak tinggi, baru akan dilakukan,” jelasnya.

Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Partai Golkar Satya W Yudha mengatakan pemerintah harus mengubah pandangan mengenai impor minyak dan BBM. Saat ini, impor minyak lebih rendah dibandingkan dengan impor BBM. “Meski sama-sama impor, akan lebih baik pemerintah impor crude dibandingkan produk jadi (BBM), soalnya impor produk jadi kan lebih mahal,” kata Satya.

Sebelumnya, Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero) Chrisna Damayanto mengatakan perseroan sudah melaksanakan perintah dari pemerintah, dalam hal ini Menteri BUMN untuk membeli minyak mentah dari penghasil minyak di luar negeri secara langsung tanpa perantara. Chrisna mengaku ada lima negara utama produsen atau National Oil Company (NOC) menjadi tujuan impor Pertamina. Kelima negara tersebut antara lain Azerbaijan, Brunei Darussalam, Malaysia, Nigeria, dan Saudi Aramco. Besarnya impor sekitar 200.000-300.000 barel per hari. “Total Impor kami saat ini sekitar 200.000 barel per hari secara keseluruhan, namun semua tergantung crude lokal juga,” jelasnya. Adapun dalam APBN 2013, pemerintah mematok ICP sebesar US$100 per barel.

Advertisement

Sementara, menurut Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan rata-rata impor BBM Pertamina setiap harinya sekitar 400.000 KL untuk premium dan solar.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif