Soloraya
Sabtu, 5 Januari 2013 - 05:38 WIB

Ngalap Berkah Apem Keong Mas

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Antusiame Warga saat berebut apem yang dibagikan oleh Bupati Boyolali, Seno Samodro di Pelataran Masjid Cipto Mulyo, Jumat (4/1/2013). (JIBI/SOLOPOS/Mahardini Nur Afifah)

Antusiame Warga saat berebut apem yang dibagikan oleh Bupati Boyolali, Seno Samodro di Pelataran Masjid Cipto Mulyo, Jumat (4/1/2013). (JIBI/SOLOPOS/Mahardini Nur Afifah)

Rintik hujan yang turun di depan Masjid Cipto Mulyo, tak menyurutkan langkah ribuan orang untuk memadati kawasan kompleks Makam Yosodipuro yang terletak di Pengging, Desa Bendan, Banyudono, Jumat (4/1) siang. Sebagian besar warga masih percaya, apem yang berhasil dibawa pulang bisa memberikan berkah bagi kehidupan mereka kelak.

Advertisement

Dua gunungan apem besar bergaris tengah satu meter dan dua gunungan apem kecil berdiameter 50 cm bertengger di atas panggung yang terletak di pelataran Masjid Cipto Mulyo. Saat plastik penutup gunungan mulai dibuka oleh panitia, ribuan warga yang telah menanti tradisi tahunan yang diselenggarakan setiap bulan Sapar ini, langsung bersorak-sorai.

Tak menunggu lama, Bupati Boyolali, Seno Samodro, langsung memulai puncak acara Sebaran Apem Kukus Keong Mas Saparan Pengging. Bupati bersama dengan kerabat Keraton Solo, jajaran Muspida, Muspika dan panitia mulai membagikan apem kepada ribuan warga yang datang. Warga dengan antusias langsung berebut apem yang disebarkan dari atas panggung.

Tak jarang, warga harus berjuang untuk mendapatkan apem buatan masyarakat Banyudono. Melompat, tangan terinjak dan berteriak, rela ditempuh warga untuk mendapatkan apem kukus yang dibungkus janur sehingga menyerupai keong tersebut. Tak kurang 15.000 apem yang dibagikan bagi warga sekitar tandas dalam waktu kurang dari 15 menit.

Advertisement

Kerabat Keraton Solo, KRAT Mangkusetyonegoro Darmono, ketika ditemui wartawan setelah acara menuturkan sebaran apem kukus keong mas ini merupakan wujud pelestarian tradisi yang diselenggarakan pada zaman Yosodipuro.

Dikisahkan Darmono, daerah Pengging dulunya merupakan kawasan pertanian. Saat itu terdapat serangan hama keong mas yang menyebabkan petani gagal panen. Raja yang berkuasa saat itu kemudian menumbali lahan pertanian dengan apem. Setelah berhasil, masyarakat sekitar mengadakan syukuran dengan membagikan kue apem yang memiliki cita rasa manis dan gurih.

“Tegese rasa manis dan gurih itu menggambarkan kita tinggal menikmati manis dan gurihnya kehidupan. Bentuk apem yang bulat itu menggambarkan bulatnya tekad masyarakat dan raja saat itu untuk memerangi hama pertanian. Syukuran sampai saat ini dilestarikan. Ini tidak ada kaitannya dengan agama, hanya tradisi Jawa,” paparnya.

Advertisement

Salah seorang warga yang berebut apem, Sri Wati, 55, ketika ditemui Espos, mengaku puas karena telah berhasil mendapatkan satu buah apem kukus dan janur gunungan. “Senang sekali bisa dapat apem. Nanti sesampainya di rumah saya pakai buat ‘syarat’ untuk berdoa kepada Allah agar dagangan saya laris,” katanya.

Menurut warga Pencil RT 006/003, Juwiring, Klaten ini, janur dan apem yang diperolehnya akan diletakkan di depan pintu masuk rumahnya.
Sekretaris Panitia Kegiatan, Joko Wardoyo, ketika ditemui Espos, menjelaskan acara yang diselenggarakan kali ini tergolong yang paling meriah. “Saya bersyukur sekali acara bisa berjalan lancar. Ini yang paling ramai dari penyelenggaraan sebelumnya,” pungkasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif