News
Jumat, 4 Januari 2013 - 09:38 WIB

BIMBINGAN BELAJAR: Jika Guru Profesional, Sekolah Harus Berani Larang Siswa Ikut Bimbel

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana sebuah kelas bimbingan belajar. Jika sekolah dan guru mampu memnuhi semua kebutuhan belajar mengajar, bimbingan belajar seperti ini dinilai tak diperlukan lagi. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Suasana sebuah kelas bimbingan belajar. Jika sekolah dan guru mampu memnuhi semua kebutuhan belajar mengajar, bimbingan belajar seperti ini dinilai tak diperlukan lagi. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

SOLO – Sekolah dengan guru-guru yang profesional seharusnya bisa memberikan kualitas pengajaran yang baik dan siswa mendapatkan semua kebutuhan untuk menghadapi UN. Untuk itu konsep pengajaran dan persiapan UN di sekolah harus diperbaiki untuk mendapatkan hasil maksimal, sehingga siswa tak perlu lagi mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah.
Advertisement

“Saya menantang sekolah untuk berani melarang siswa mengikuti Bimbel di luar sekolah,” tegas Kepala Dinas pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Solo, Rakhmat Sutomo kepada Solopos.com. Jika konsep dan program persiapan UN di sekolah sudah dipersiapkan dengan baik, Rakhmat yakin hal itu dapat menarik kepecayaan siswa dan orangtua ke sekolah, sehingga siswa tidak perlu mengikuti lembaga bimbingan belajar (Bimbel) di luar sekolah. “Dilihat saja, selama ini Bimbel selalu dipenuhi siswa. Hal itu menunjukkan mereka belum merasa terpenuhi dengan proses belajar mengajar di sekolah,” imbuhnya.

Untuk itu Rakhmat menekankan agar sekolah memiliki perencanaan dan program pelaksanaan persiapan UN berdasarkan analisis kebutuhan siswa, terutama sebelum menentukan untuk menambah jam pelajaran. “Sekolah harus tahu siswa di tempatnya memiliki kelemahan di mana dan membutuhkan apa. Karena tiap sekolah memiliki permasalahan yang berbeda,” jelasnya.

Analisis kebutuhan itu sebaiknya dilakukan oleh masing-masing Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di sekolah setempat. Analisis dilakukan dengan melihat hasil UN siswa dan menganalisis soal-soal UN tahun-tahun sebelumnya. Guru-guru bisa mengecek sebagian besar siswa kesulitan di soal bagian apa, dan itu yang seharusnya ditekankan pada jam pelajaran tambahan. “Hal seperti itu lebih efektif ketimbang jam pelajaran tambahan tapi tidak jelas apa yang diajarkan,” tegasnya.

Advertisement

Jika sekolah telah mengetahui kebutuhan siswa, maka sekolah tidak perlu memberikan jam pelajaran tambahan yang berlebihan. Siswa cukup menerima apa saja yang mereka butuhkan dan memperbaiki kelemahan atau kekurangan dalam mata pelajaran tertentu. Selain itu sekolah, dalam hal ini Wakil kepala sekolah urusan kurikulum harus memiliki target dalam menyusun perencanaan persiapan UN. Program itu harus dirancang sejak jauh hari sebelum pelaksanaan UN berlangsung, sehingga implementasinya tidak terburu-buru.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif